Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Monthly Archives: September 2012

Jadwal Festival Hindu II Jogjakarta


Penyelenggaraan Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II ini sangat penting. Hal ini dikarenakan masyarakat Hindu di Indonesia memiliki keragaman ekspresi seni dan budaya yang berbeda-beda, baik dalam bahasa, musik tradisi, lagu-lagu daerah bernuansa rohani, tari, maupun tradisi ritualnya. Dengan pelaksanaan Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II ini diharapkan potensi-potensi seni keagamaan Hindu mampu mengambil peran untuk meningkatkan kualitas sradha dan bhakti umat Hindu di seluruh Indonesia.

Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II di Yogyakarta ini menampilkan berbagai karya seni dan budaya keagamaan yang bersifat sakral, serta memiliki makna dan nilai estetika yang tinggi, seperti mantra, suara genta, seni tabuh, seni tari, kidung kerohanian, sesaji, dan kearifan lokal dari seluruh wilayah Indonesia. Dengan bertemunya kontingen perwakilan provinsi dari seluruh Indonesia, maka diharapkan akan terjadi komunikasi yang baik dalam rangka meningkatkan kreativitas dalam dunia seni, serta mampu meregenerasikan seni keagamaan Hindu kepada generasi yang akan datang.

Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II ini diselenggarakan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama empat hari, yaitu hari Selasa-Jumat, tanggal 25-28 September 2012. Acara Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II ini diikuti oleh perwakilan dari 16 Provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Bali sebagai eksibisi. Kegiatan Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II dirangkai dengan berbagai jenis perlombaan seni keagamaan Hindu. Adapun lomba tersebut, adalah; 1) Musik Tradisi (Tabuh Lalambatan/ Instrumental), 2) Tari Ritual (Tari Rejang atau Tari Baris), 3) Musik Vokal Instrumental (Gegitaan), 4) Tari Kreasi Keagamaan, dan 5) Tari Topeng Sidakarya atau sejenisnya.

Dalam Festival Seni Keagamaan Hindu Tingkat Nasional II DI Yogyakarta diawali dengan Parade Nusantara, yaitu pawai yang menampilkan pertunjukan seni keagamaan Hindu dari berbagai wilayah di Indonesia. Parade Nusantara atau Pawai ini bertemakan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang dapat diartikan bahwa, persatuan dan kesatuan bangsa ini dapat terwujud dengan menjalin semangat kebersamaan di antara pemeluk agama. Pawai ini juga mengakomodir seni dan budaya Agama Islam, Agama Kristen, Agama Katholik, Agama Budha, dan Agama Konghucu untuk dapat ditampilkan dalam Parade Nusantara tersebut. Pawai ini akan menempuh perjalanan 4 KM, dari lapangan Taman Parkir Abu Bakar Ali – Jln. Mallioboro, dan finish di Pura Pakualaman Yogyakarta.

Selain itu, di sela-sela kegiatan lomba juga akan ditampilkan dua kegiatan yang lain, yaitu hiburan yang bertajuk “Pesta Rakyat” dan “Sarasehan”.  Pesta rakyat akan diselenggarakan di area Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Dalam kegiatan ini akan menampilkan potensi seni dari kreativitas generasi muda, mahasiswa, seniman Yogyakarta, dan seniman dari perwakilan kontingen. Acara yang bertajuk “Pesta Rakyat” ini bertujuan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Yogyakarta secara umum. Selanjutnya, sarasehan akan dilaksanakan di Gedung Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sarasehan ini akan membahas isu-isu tentang perkembangan seni dan budaya, sebagai langkah untuk mencari solusi dan arah yang tepat demi memajukan seni nasional. Hal ini tentunya sesuai dengan wilayah Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai daerah istimewa. Keistimewaan Yogyakarta dalam bidang seni dan budaya tentunya perlu mendapat apresiasi dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya.

PROVINSI PESERTA
FESTIVAL SENI KEAGAMAAN HINDU TINGKAT NASIONAL II
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  1. Bali
  2. Bangka Belitung
  3. Banten
  4. Daerah Istimewa Yogyakarta
  5. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
  6. Jawa Barat
  7. Jawa Tengah
  8. Jawa Timur
  9. Kalimantan Selatan
  10. Kalimantan Tengah
  11. Lampung
  12. Nusa Tenggara Barat
  13. Sulawesi Selatan
  14. Sulawesi Tengah
  15. Sulawesi Tenggara
  16. Sumatera Selatan

Jadwal Festival Hindu II Jogjakarta 24-29 September 2012.

No.

Hari/Tanggal

Jam

Nama Kegiatan

Tempat

Penanggung jawab

1.

Senin, 

24 Sep 2012

15:00-17:00 Pengukuhan dan 

rapat dewan Juri

Hotel Jambu Luwuk Sie Lomba

2.

Selasa, 

25 September 2012

08:00-14:00

Official dan Kontingen  tiba dan check-in di Hotel masing-masing   Seksi Transportasi
   

15:00-17:00

Technical Meeting Oficial dan Pengundian No. Urut Lomba Hotel Jambu Luwuk Seksi Lomba
   

18:00-21:00

Matur Piuning Peserta dan tirta yatra Pura Jagatnatha Banguntapan Bantul Seluruh Panitia,  Seksi Lomba, dan Peserta
   

15:00-20:00

Gladi bersih Pura Pakualaman Pengisi acara pembukaan (Kesenian ISI)

3.

Rabu, 

26 September 2012

08:00-11:00

Eksibishi BALI+ 

Lomba I (2 Kontingen)

Kampus ISI Seksi Lomba
   

13:00-14:00

Kontingen dan Peserta Kirab/Pawai tiba di Tempat Awal Kirab/Pawai Taman Parkir 

Abu Bakar Ali

Seksi Kirab dan Seksi Keamanan
   

14:00-17:00

Acara Kirab/Pawai Taman Parkir Abubakar Ali – 

Jl. Mallioboro –

Pura Pakualaman

Seksi Kirab dan Seksi Keamanan
   

17:00-19:00

Persiapan Acara Pembukaan 

(Kontingen Istirahat dan  Makan di Tempat Acara Pembukaan, tidak boleh kembali ke Hotel)

Pura  Pakualaman Seksi Pembukaan dan  Penutupan
   

19:30-21:30

Acara  Utama Pembukaan Festival Seni Keagamaan Hindu Nasional II Pura Pakualaman Seksi Pembukaan Penutupan
  4. Kamis, 

27 September 2012

08:00-16:00

Lomba-Lomba Bagian  II 

(8 Kontingen)

Kampus ISI Yogyakarta Seksi Lomba
   

18:30-21:30

Pesta Rakyat Monumen Serangan Umum 1 Maret Seksi Pesta Rakyat

5.

Jumat, 

28 September 2012

08:00-11:00

Lomba-Lomba Bagian III 

( 5 Kontingen)

Kampus ISI Yogyakarta Seksi Lomba
   

08:00-12:00

Sarasehan Seni dan Budaya Auditorium ISI Yogyakarta Seksi Sarasehan
   

13:00-15:00

 

Rapat Dewan Juri Hotel Jambu Luwuk Seksi Lomba+Ketua Umum
   

19:30-21:30

Penutupan Festival Seni Keagamaan Hindu Nasional II ISI Yogyakarta Seksi Pembukaan Penutupan

6.

Sabtu, 

29 September 2012

12:00-13:00

Kontingen dan Official Checkout dari Hotel Kembali ke daerah masing-masing Hotel Panitia dan Kontingen di DIY ULP dan Panitia Pusat

Kalteng Ikuti Festival Seni Kegamaan Hindu


PALANGKA RAYA, KOMPAS.com–Provinsi Kalimantan Tengah mengikuti Festival Seni Keagamaan Hindu tingkat nasional ke-II di Yogyakarta, 25-29 September 2012.

“Kontingen Kalteng berangkat sebanyak 45 orang untuk mengikuti kegiatan lomba musik tradisional setempat, lomba ritual, lomba musik vokal instrumen, lomba tari kreasi keagamaan dan lomba tari topeng,”kata Kepala Bidang Urusan Agama Kementerian Agama Kalteng, Supiani di Palangka Raya, Senin.

Dijelaskannya, festival seni keagamaan Hindu merupakan kegiatan lomba seni yang bersifat sakral yang menjadi pendukung kegiatan upacara atau ritual keagamaan Hindu berupa musik tradisi atau tari serta dapat memberikan fibrasi dalam upaya meningkatkan rasa keberagamaan umat Hindu.

Tujuan kegiatan untuk menggali dan mentradisikan atau membudayakan seni keagamaan yang telah ada sejak zaman dulu serta untuk meningkatkan nilai-nilai estestika sehingga terbentuk kepribadian yang lemah lembut dan memiliki karakter kebangasaan.

Kalteng yang memiliki corak tradisi yang berbeda dengan daerah lain, ikut berpartisipasi mengikuti seluruh kegiatan, sehingga masyarakat mengetahui, Hindu di Kalteng memiliki seni keagamaan yang klasik.

Selain itu memiliki citra yang berbeda serta adanya kekuatan alam yang menyatu dalam kegiatan seni ritual keagamaannya.

Namun hal yang terpenting, ucapnya, Kalteng dapat memberikan gambaran seni keberagaman Hindu kepada masyarakat seluruh Indonesia atau wisatawan, yakni Kalteng memiliki seni bernafaskan Hindu berbeda dengan daerah lain.

Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang menyatakan, melalui ajang festival ini, diharapkan meningkatkan kebersamaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan di tengah keberagaman agama saat ini.

“Saya mengajak kita semua agar mendoakan masing-masing kelompok ini dapat mengikuti lomba secara maksimal dan menampilkan yang terbaik,”ucapnya.

Untuk itu ia mengimbau dan berharap agar kontingen yang berangkat dapat menjaga dan memelihara kebersamaan dan kekompakan serta menjaga nama daerah.

Ia meminta, agar para kontingen dapat tampil maksimal, sehingga bisa memperoleh hasil yang terbaik.

Bhakti Yoga Hindu Bali


Walaupun kehidupan ini terlihat tunggal dan singkat, sesungguhnya sebelumnya kita sudah berputar-putar jutaan kali lahir-hidup-mati lahir-hidup-mati dalam roda samsara. Ada banyak sebabnya mengapa samsara terus terjadi, tapi sebab yang paling utama adalah karena kita salah pikiran, lalu menjadi salah tindakan dan perkataan, yang kemudian berujung kepada lembah kesengsaraan.

Lahir dan hidup dalam roda samsara itu, bisa diibaratkan seperti meniti “titi ugal-agil” [jembatan berupa sebatang kayu kecil yang goyah]. Hanya persoalan waktu kita “jatuh ke dalam jurang”. Dengan kata lain, sangat-sangat mendesak bagi kita sebagai manusia untuk segera sadar, karena kita semua sedang meniti titi ugal-agil.

Setiap hari segala macam hal datang kepada kita silih berganti. Habis bahagia, datanglah kejengkelan. Habis senang, datanglah kebosanan. Demikian terus-menerus berputar. Hanya persoalan waktu kita ”jatuh ke dalam jurang”. Kita yang sudah menikah kemudian cari istri lagi, itu jatuh ke dalam jurang. Kita tidak puas dengan gaji kemudian kita korupsi, itu jatuh ke dalam jurang. Kita tidak puas dengan pasangan hidup kemudian minta cerai, itu itu jatuh ke dalam jurang. Dll-nya. Kita akan menyakiti dan melukai baik diri kita sendiri maupun orang lain. Pada akhirnya diri kita sendiri yang akan terjerumus ke dalam jurang kegelapan dan kesengsaraan.

Kalau setuju dan yakin, bahwa hidup sebagai manusia itu ibarat meniti titi ugal-agil dan salah-salah kita bisa jatuh ke dalam jurang, segeralah kita kembali ke jalan dharma. Karena hanya dengan begitu seluruh kesengsaraan bisa lenyap, kita bisa terbebaskan dan menemukan hakikat diri dalam kedamaian-kebahagiaan sejati.

Hindu di Bali.

Salah satu ciri kuat Hindu Bali adalah Bhakti Yoga, dengan ciri khas dimana dalam kesehariannya penuh dengan yadnya [persembahan suci]. Mengacu kepada apa yang dilaksanakan oleh para tetua, tidak saja banten dan upakara menjadi yadnya, tapi tari-tarian, ngayah [pelayanan], ukiran, pemberian, pertolongan, membahagiakan mahluk lain, dll, semuanya adalah yadnya. Bahkan hidup inipun adalah yadnya. Kalau hal ini yang dijadikan acuan, sebagai Hindu Bali selayaknya bergerak dengan spirit yadnya [persembahan suci].

Ada delapan macam yadnya, yaitu TRI YADNYA [tiga macam yadnya yang tidak berhubungan dengan upakara] dan PANCA YADNYA [lima macam yadnya yang berhubungan dengan upakara]. Tri Yadnya termasuk Para Bhakti, sedangkan Panca Yadnya termasuk Apara Bhakti. Inilah jalan menuju tercapainya Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan semesta yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Hyang Acintya dan para dewa-dewi, manusia dengan alam raya dan manusia dengan sesama mahluk. Ini selaras-sejalan dengan tujuan “moksartham jagadhita ya ca iti dharma”, yang berarti : dengan dharma kita mewujudkan kebahagiaan semua mahluk dan keharmonisan alam semesta [jagadhita], serta mencapai pembebasan dari roda samsara [moksartham].

Bhakti Yoga harus dimulai dengan upaya mendisiplinkan diri. Ini direalisasi dengan melaksanakan Tri Yadnya, yaitu tiga macam persembahan suci atau yadnya yang tidak berhubungan dengan upakara.

Ketiga yadnya itu adalah :

1. Drwya Yadnya. Ini adalah yadnya berupa welas asih dan kebaikan kepada semua mahluk. Memuja Tuhan dan dewa-dewi yang tidak kelihatan tentu saja bagus dan boleh. Tapi menyayangi para mahluk yang terlihat juga termasuk yadnya [persembahan suci]. Drwya Yadnya adalah yadnya berupa perbuatan-perbuatan kebaikan, kasih sayang dan pemberian materi maupun non-materi. Tidak saja kepada manusia, tapi juga kepada alam semesta beserta seluruh mahluk didalamnya. Termasuk welas asih dan kebaikan kepada para mahluk menderita : hewan dan mahluk-mahluk niskala alam bawah [yang ditempat lain dimusuhi sebagai setan]. Yadnya disini bukan selalu berarti uang atau barang. Senyuman ramah, mau menjadi tempat curhat yang baik, membantu membuang sampah, itu juga sebuah yadnya. Membuat orang senang, bahagia, terhibur, lepas dari ganjelan, dll, itu semua sebuah persembahan suci [yadnya].

2. Tapa Yadnya. Ini adalah yadnya berupa 10 disiplin diri, yaitu :

  • Tiga disiplin badan : hindari menyakiti-membunuh, hindari hubungan seks ilegal [selingkuh], hindari mengambil sesuatu yang bukan milik kita.
  • Empat disiplin lidah : hindari berbohong, hindari bergosip-memfitnah, hindari kata-kata kasar dan menghina, hindari kesombongan.
  • Tiga disiplin pikiran : hindari kemarahan-kebencian, hindari keserakahan [termasuk serakah ingin hidup harus selalu tenang, damai, gembira tanpa gangguan], hindari dualitas pikiran [benar-salah, baik-buruk, suci-kotor, dll].

Dengan indriya-indriya dan pikiran yang terkendali, kita lebih sedikit serakah, lebih sedikit mengeluarkan kata-kata menyakitkan, yang membuat kita lebih sedikit menyakiti mahluk lain, lebih banyak mengurangi penderitaan para mahluk, sekaligus membuat kita berhenti memproduksi karma buruk.

3. Jnana Yadnya.
Ini adalah yadnya berupa kebijaksanaan dan pengetahuan. Kita belajar dan berlatih menghidupkan kebijaksanaan yang mendalam dalam bathin kita.

Dengan kebijaksanaan mendalam, kita lebih sedikit marah, lebih sedikit membenci, lebih sedikit dendam, lebih sedikit tidak puasnya, yang membuat kita lebih sedikit menyakiti mahluk lain, lebih banyak mengurangi penderitaan para mahluk, sekaligus membuat kita berhenti memproduksi karma buruk.

Dengan keseharian yang dibimbing oleh Tri Yadnya keadaan bathin kita akan menjadi sejuk, teduh, terang. Jauh lebih sedikit mahluk yang disakiti dan jauh lebih banyak mahluk yang bisa disayangi. Hal ini tidak saja menyegarkan bathin orang lain atau mahluk lain, tapi sekaligus juga menyalakan teja atau sinar suci di dalam bathin kita. Sehingga kemanapun kita sembahyang, apapun upakara yang kita lakukan, langkah kita akan ringan, dimana-mana kita mudah sekali bertemu dengan teja kemahasucian.

Segala macam sembahyang, mebanten, upakara, dll, yang kita laksanakan, tanpa dilandasi oleh Tri Yadnya, kemungkinan besar hanya menjadi penyegaran spiritual atau rekreasi rohani yang sifatnya sementara saja atau bahkan tidak berguna. Vibrasi spiritual-nya lemah dan mudah lenyap. Akan tetapi bila sebaliknya, bhakti yoga tidak lagi menjadi aktifitas fisik belaka, tapi sudah menjadi satu dengan aktifitas jiwa. Ini yang akan membuat dalam bhakti kita akan mudah terhubung dengan wilayah-wilayah kemahasucian. Karena hanya yang suci akan tersambung dengan bagian dari Brahman yang juga suci.