Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Daily Archives: March 13, 2018

Cara Melakukan Japa Mantra Tryambakam


Pada artikel sebelumnya kita tau dari mana Mantram Tryambakam berasal dan bagaimana kedudukannya. Selain Berjapa Gayatri Mantram kita juga dianjurkan untuk melakukan Japa Mantra Tryambakam karena sangat baik untuk kontemplasi dan meditas. Bagaimana idealnya memulai Japa Mantra Tryambakam?

Putri kami yang baru berumur 6 tahun setiap hari mengucapkan Mantra Tryambakan menjelang tidur tentu diawali dengan Doa Sebelum Tidur. Di berbagai belahan dunia banyak periset telah menjadikan mantra Maha Mrityunjaya ini sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari mereka. Tidak ada batasan untuk siapa yang bisa belajar dan berlatih mantra ini, juga tidak perlu memeluk mitologi seputar mantra agar bisa menggunakannya. Hanya dibutuhkan kesungguhan dan niat suci untuk menghormati mantram ini.

Berikut adalah bagaimana memulainya:

  1. Langkah pertama adalah belajar melafalkan mantra dengan benar. Meskipun mungkin tampak lama, hanya ada tiga puluh dua suku kata dan bisa dipelajari dengan usaha yang sederhana. Pengulangan lambat dikombinasikan dengan peninjauan makna kata-kata individual akan membantu dalam mengingatnya.
  2. Setelah mantra dipelajari, bawalah ke dalam pikiran saat Anda memulai meditasi harian Anda, sebagai sebuah doa untuk latihan normal Anda.
  3. Setelah menenangkan tubuh dan napas, lakukan 3, 11, 21, atau bahkan 36 pembacaan, dan biarkan pikiran Anda terserap dalam suara dan irama setiap baris. Biarkan mantra menarik kesadaran Anda ke pusat jantung atau pusat alis, mana yang terasa paling alami bagi Anda, dan gunakan pusat itu sebagai titik pusat kesadaran Anda. Jika Anda mengucapkan mantra untuk membantu masalah kesehatan, fokuskan kesadaran Anda di pusar.

Pada titik tertentu Anda mungkin ingin melakukan lebih banyak pengulangan dalam jangka waktu tertentu. Ada banyak alasan untuk melakukan hal ini, misal:

  1. Kita sedang mengalami masa kesehatan yang buruk atau energi rendah;
  2. Ingin mencari rasa aman atau percaya diri yang lebih dalam;
  3. Saat merasa stres akibat terbebani oleh kejadian atau keterikatan dalam hidup kita
  4. Menghadapi kematian, dll.

Seringkali seseorang melakukan Japa Mantra apapun itu karena dipicu oleh masalah kesehatan dll seperti tersebut diatas daripada keinginan untuk menjadi bagian dari  kedamaian hati, padahal mantra sangat baik untuk meningkatkan kualitas kepribadian yang memberi makna bagi kehidupan kita.

Menggunakan mala (serangkaian 108 manik) sangat disarankan untuk mengontrol latihan Japa Mantra ini. Hitungan satu mala lengkap sebagai 100 kali pengulangan mantra. Praktik yang memuaskan adalah menyelesaikan 8.000 pengulangan dalam 40 hari. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan satu mala di pagi hari dan satu di malam hari.

Selamat berlatih, latihan dengan kesungguhan tentu akan menghasilkan hal yang baik.

**diolah dari berbagai sumber

Artikel lain:

  1. Doa Sehari-hari Agama Hindu
  2. Mantram untuk Ista Dewata
  3. Cara Sembahyang Agama Hindu

Makna dan Tujuan Melasti


Sebelum melaksanakan tapa brapa penyepian umat Hindu diseluruh Indonesia melakukan Upacara Melasti. Melasti dilaksanakan umat Hindu, biasanya dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Nyepi. Namun pelaksanaan Upacara Melasti  disesuaikan dengan tradisi umat Hindu setempat. Di Bali Barat biasanya Melasti dilaksanakan tiga hari atau dua hari sebelum Nyepi. Masyarakat berbondong – bondong menuju laut ataupun mata air untuk melaksanakan ritual pembersihan. Selain membawa membawa prasaranan persembahyangan, masyarakat juga mengusung pretima (benda atau patung yang disakralkan) untuk dibersihkan secara sekala dan niskala. Lantas, apa dasar dari pelaksanaannya dan mengapa dilakukan di sumber mata air?

Sejumlah umat Hindu mengikuti prosesi upacara ritual Melasti di Pantai Tirta Samudera, Jepara, Jawa Tengah, Minggu (11/3/2018). Prosesi Melasti dengan melarung sesaji ke tengah laut tersebut sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi yang bertujuan untuk mensucikan diri dari sifat buruk serta harapan kebaikan di masa depan.

Dalam lontar Sundarigama dan Shanghyang Aji Swamandala, disebutkan, Melasti merupakan proses meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata dan manifestasi Tuhan, yang bertujuan untuk menghilangkan mala atau penderitaan,” papar Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa seperti dilansir Bali Express beberapa waktu lalu.

Dalam lontar Sundarigama, dijelaskan, Melasti memiliki lima tujuan utama, yaitu:

Ngarania ngiring prawetak dewata, anganyutaken laraning jagat, papa kelesa, letuhing bhuwana, ngamet sari ning amerta ring telenging segara.

Artinya, Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa, untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.

Ngiring prewatek dewata, dimaksudkan bahwa upacara Melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam prosesi Melasti. Tujuannya untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini. Karena itu, Melasti agak berbeda dengan berbhakti kepada Tuhan dalam upacara ngodalin atau saat sembahyang biasa. Para dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abon Ida Bhatara. Semestinya umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan Melasti itu menghaturkan sesaji setidak-tidaknya canang dan dupa lewat pintu masuknya kepada Ida Bhatara yang disimbolkan lewat rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut agar kehadiran beliau dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara manifestasi Tuhan yang hadir melalui Melasti.

Umat Hindu melakukan persiapan untuk melaksanakan ritual Melasti dalam menyambut Hari Raya Nyepi, di kawasan Pantai Marina Semarang, Jawa Tengah, Minggu (11/3/2018). Melasti merupakan salah satu rangkaian dalam perayaan Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan diri dari segala bentuk perbuatan buruk di masa lalu.

Anganyutaken laraning jagat adalah menghayutkan penderitaan masyarakat. Upacara Melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Penyakit sosial itu,  Di antaranya seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan antar golongan, wabah penyakit. Setelah Melasti semestinya ada kegiatan-kegiatan nyata untuk menginventariskan berbagai persoalan sosial untuk dicarikan solusinya. Dengan langkah nyata itu, berbagai penyakit sosial dapat diselesaikan tahap demi tahap secara niskala. Upacara Melasti adalah langkah yang bersifat niskala yang harus diimbangi oleh langkah sekala. Tujuan Melasti berikutnya adalah Papa kelesa. Jadi, Melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual.

Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa, yaitu Awidya(kegelapan atau mabuk), Asmita  adalah egois, mementingkan diri sendiri, Raga, pengumbaran hawa nafsu, Dwesa merupakan sifat pemarah dan pendendam, dan Adhiniwesa adalah rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita.

Kemudian tujuan Melasti selanjutnya adalah Letuhing bhuwana (alam yang kotor). Maksudnya, upacara Melasti bertujuan untuk meningkatkan kesadaran umat Hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau  menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.

Diperantauan WHDI – Hongkong melakukan melasti dengan kesederhanaan

Tujuan berikutnya adalah Ngamet sarining amerta ring telenging segara. Artinya, mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan. Melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal.
Melasti dalam Babad Bali, juga disebut  Melis atau Makiyis yang  bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya  dilakukan di laut, danau, dan sumber  mata air yang disucikan. Dan, pura yang memiliki pretima atau pralingga  diusung ke tempat patirtan tersebut.  “Melasti agak berbeda  dengan upacara dewa yadnya lainnya, seperti piodalan atau sembahyang purnama. Melasti merupakan tahap ritual untuk mendapat tuntunan dari Tuhan, melalui manifestasinya seperti para dewa.  Para Dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, makanya mereka biasanya membawa serta pretima dengan sarana abon – abonnya,” papar Ida Pandita Parama Daksa.

Lantas, kenapa mesti  dilaksanakan di laut atau mata air?  “Kembali lagi kepada tujuan Melasti, yaitu sebuah ritual pembersihan dengan menggunakan media air. Selain itu, juga untuk mendapatkan tirta amerta  agar kehidupan kedepannya lebih baik,” paparnya.  Melasti tidak hanya dapat dilakukan di laut, juga dapat dilakukan di sumber sumber mata air, seperti danau, dan sumber mata air lainnya.

Selamat Melaksanakan Upacara Melasti bagi semua umat Hindu dimana pun berada! Tetap jaga kebersihan lingkungan sebagai komitmen kita terhadap Tri Hita Karana!

**Diolah dari Bali Express, Jawa Pos Group

%d bloggers like this: