Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Category Archives: Doa-doa

Mantra Memuja Istadewata di Pemerajan, kamimitan, rong tiga, pedarman


Selain selain sebagai tempat memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sanggah Kemulan juga tempat untuk memuja dan menstanakan roh suci lelulur tentu melalalui proses upacara Ngunggahang Dewapitara.

Photo: Koleksi Pribadi, Suasana Odalan Merajan

Untuk kita ketahuin bahwa yang bersthana pada sanggah kamulan adalah Sang Hyang Triatma sesuai dengan lontar dibawah ini.

Lontar Usana Dewa, Lembar 4 berbunyi sebagai berikut:
Ring kamulan ngaran Ida Sanghyang Atma,
Ring kamulan tengen bapa ngaran Sang Paratma,
Ring kamulan kiwa ibu ngaran Sanghyang Sivatman,
Ring kamulan tengah ngaran Raganyam tu Brahma dadi
meme papa, meraga Sanghyang Tuduh.

Artinya: Padang sanggah kamulan beliau Sanghyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sanghyang paratma, pada kamulan kiri ibu disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengan diri-Nya itu Brahma , menjadi purusa pradana berwujud Sanghyang Tuduh(Tuhan yang menakdirkan).

Lontar Gond Wesi lembar 4b juga menyebutkan hal yang sama:

..ngaran isa Sang Atma ring kamulan tengen bapanta, nga Sang Paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga Sang Sivatman, ring kamulan madya raganta, Atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi Sanhyang Tunggal, nunggalang raga

Artinya: nama beliau Sang Atman, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, Pada ruang kamulan kiri ibumu yaitu Sang Sivatman, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud.

Pada sekte Siwa Sidanta yang dimaksud dengan Tri Atma adalah Am; Atma dewanya Brahma, Antara Atma dewanya Wisnu dengan wijaksarannya Um, dan Paratma dewannya adalah Iswara dengan wijkasarananya adalah Mang. Ketiga Dewa tersebut disebut Tri Murti (Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek horizontal) yang merupakan roh alam semesta. Sebagai roh alam semesta beliau bergelar Tri Purusa atau Tri Lingga (Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek vertikal).

Berikut adalah mantram untuk memuja Istadewata di Sanggah Kemulan, Pemerajan, Kamimitan, Rong Tiga, Pura Panti, Pedarman: Mantram ini mantram ketiga Panca Sembah / Kramaning Sembah

Om Brahma, Wisnu, Iswara Dewam
Jiwatmanam trilokanam
Sarwa jagat pratistanam
Suddha klesa winasanam
Om Guru Paduka dipata ya namah

Artinya: Om Hyang Widhi bergelar Brahma, Wisnu, Iswara yang berkenan menjiwai Triloka, Semoga seluruh jagat tersucikan, bersih dan segala noda terhapuskan oleh Mu.
Om Hyang Widhi, selaku Bapak Alam, hamba memujaMu

Om Guru Dewam
Guru rupam
Guru madyam
Guru Purwam
Guru Paramtama dewam
Guru dewa suddha nityam

Artinya: Om Guru Dewa yaitu Guru rupam(Nyata) Guru madya(sekala niskala) Guru Parwa(niskala) adalah guru para dewa, dewa suci selalu

Om Dewa Dewa Tridewanam
Tri murti tri lingganam
Tri purusa suddha nityam
Sarwa jagat jiwatmanam

Artinya: Om Para Dewa utamanya tiga dewa, tri murti(brahma, Wisnu, Siwa) adalah tiga wujud, Tripurusa yang suci selalu adalah roh (atma) semesta dengan isinya.

Mantram Guru Puja


Image: Koleksi Pribadi, Seorang Anak dengan sedang mengamati Pejati.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Mantram merupakan salah satu metode untuk berkomunikasi dengan Sang Hyang Widhi, Umumnya mantram berbentuk rasa syukur, permohonan, pemujaan dan pengakuan atas kesalahan agar diberikan pengampunan.

Om Gurur Brahma Gurur Visnu
Gururdeva Mahesvara
Gurur Saksat Parambrahma
Tasmai Sri Gurave namah

Artinya: Om Hyang Widhi, hamba memujaMu.
dalam wujudMu, sebagai Brahma, Wisnu
dan Siwa. Guru Agung Jagat raya, alam semesta
dan kepada para Guru yang menganugerahkan
kesejahteraan dan kebahagiaan,
hamba memuja Mu.

Diucapkan sebagai bentuk terima kasih kepada Guru atas bimbingan yang diberikan kepada Kita. Selain sebagai ungkapan rasa syukur Mantram Guru Puja dapat juga diucapkan sebelum belajar agar Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai gurunya alam semesta memberikan bimbingan kepada Kita.

Artikel lain: Doa sehari-hari agama Hindu

Makna dan Cara Mabija Yang Benar


Tahap terakhir persembahyang selain nunas tirtha kita juga nunas bija (mebija atau mewija). Bija atau wija didalam bahasa Sansekerta disebut gandaksata yang berasal dari kata ganda dan aksata yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi.

Image by: Koleksi Pribadi. Besakih 08 April 2018.

Wija atau bija biasanya dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana. Kadangkala juga dicampur kunyit (Curcuma Domestica VAL) sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning.Wija atau bija adalah lambang kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang. Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.

Cara Menempatkan Bija
Dalam menumbuh kembangkan benih ke-Siwa-an / Kedewataan dalam tubuh, tentu meletakkannya juga tidak sembarangan. Ibaratnya menumbuh kembangkan tananam buah kita tidak bisa menamamnya sembarangan haruslah di tanah yang subur. Maka dari itu menaruh bija di badan manusia ada aturannya, agar dapat menumbuh kembangkan sifat kedewataan /ke-Siwa-an dalam diri.

Hendaknya bija diletakan pada titik-titik yang peka terhadap sifat dari kedewataan /ke-Siwa-an. Dan titik-titik dalam tubuh tersebut ada lima yang disebut Panca Adisesa. Yaitu sebagai berikut:

  1. Di pusar yang disebut titik manipura cakra.
  2. Di hulu hati (padma hrdaya) zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi di dalam bagian padma hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). Titik kedewataan ini disebut Hana hatta cakra.
  3. Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut wisuda cakra.
  4. Di dalam mulut atau langit-langit.
  5. Di antara dua alis mata yang disebut anjacakra.sebenarnya letaknya yang lebih tepat, sedikit diatas, diantara dua alis mata itu.

Pada umumnya dikarenakan ketika persembahyangan dalam sarana pakaian lengkap tentu tidak semua titik-titik tersebut dapat dengan mudah diletakkan bija. Maka cukup difokuskan pada 3 titik yaitu :

  1. Pada Anja Cakra, sedikit diatas, diantara dua alis. Tempat ini dianggap sebagai tempat mata ketiga (cudamani). Penempatan bija di sini diharapkan menumbuhkan dan memberi sinar-sinar kebijaksanaan kepada orang yang bersangkutan.
  2. Pada Wisuda Cakra, Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan. Sebagai simbol penyucian dengan harapan agar mendapatkan kebahagiaan.
  3. Di mulut, langsung ditelan jangan digigit atau dikunyah. Alasannya seperti tadi kalau dikunyah beras itu akan patah dan akhirnya tak tumbuh berkembang sifat kedewataan manusia.Sebagai simbol untuk menemukan kesucian rohani dengan harapan agar memperoleh kesempurnaan hidup.

Kenyataannya hingga dewasa ini dalam masyarakat Hindu, selain pada titik-titik diatas. Ada juga yang meletakkan pada titik-titik yang lain. Misalnya ditaruh diatas pelipis, sebelah luar atas alis kanan dan kiri. Ada juga yang menaruh pada pangkal di telingah bagian luar.

Bisa dikatakan kurang tepat menaruh bija selain pada 3 titik-titik yang telah disebutkan diatas. Karena titik-titik yang lain dalam tubuh kurang peka terhadap sifat kedewataan atau Tuhan yang ada dalam diri manusia. Sehingga cukup sulit menumbuh kembangkan sifat Kedewataan dalam diri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna dari penggunaan Bija dalam persembahyangan ialah untuk menumbuh kembangkan sifat Kedewataan/Ke-Siwa-aan/sifat Tuhan dalam diri. Seperti yang disebutkan dalam Upanisad bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.

artikel lain:

  1. Doa Metirtha, Mesekar dan Mebija
%d bloggers like this: