Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Category Archives: Upacara

Upacara Nunas Ica, terkait Virus Corona


Beredar surat edaran tentang upacara nunas ica dibawah ini adalah mantra untuk nasi wong wongan yang akan dihaturkan tgl 2 April 2020. Postingan ini disadur dari FB Global Dewata. Semoga bermanfaat. Dan semoga kita semua senantiasa dalam wara nugraha Sang Hyang Widhi Wasa.

Tujuan menghaturkan banten pejati di masing-masing sanggah kemulan dan menghaturkan nasi wong-wongan di lebuh, memiliki makna tertentu. nyuh gadang biasanya digunakan saat menghaturkan durmanggala (penetralisir secara niskala), sedangkan bungkak nyuh gading untuk prayascita (pembersihan niskala).

“Sekarang kepada siapa memohon?. Di masing-masing rumah ada kemulan taksu, di sana menghaturkan pejati dengan bungkak nyuh gadang untuk menghilangkan kadurmangalan. Pada saat Sasih Kanem, mara bahaya datang ke jagat Bali. Bhutakala akan memangsa manusia. Maka di sana akan terjadi dialog orang yang akan dimangsa itu bisa digantikan dengan nasi wong- wongan dengan warnanya masing-masing,”

Sesuai surat edaran tersebut, Kamis (2/4) setiap rumah menghaturkan banten pejati dilengkapi bungkak nyuh gadang atau bungkak nyuh gading. Sedangkan di lebuh pekarangan menghaturkan nasi wong-wongan, ulam bawang jahe dan uyah, beralaskan muncuk daun pisang dengan ketentuan, bagian kepala nasi wong-wongan berwarna putih, tangan kanan warna merah, tangan kiri warna kuning, badan manca warna dan kaki warna hitam .

“Nasi wong-wongan itu dihaturkan di lebuh angkul-angkul, sedangkan di kemulan taksu menghaturkan pejati. Di lebuh fungsinya menyetop agar bhuta yang hendak menyakiti pemilik rumah tidak masuk dan kita berlindung kepada Betara Hyang Guru dengan sarana pejati tersebut. Hyang Guru simbol Siwa, Siwa suami dari Bhatari Durga. Sedangkan bhuta yang hendak memangsa itu adalah anak buah dari Siwa.

Untuk Pejati yang dihaturkan di pemerajan atau di Bhatara Hyang Guru mantranya. “Ong Pakulun Ratu Bhetara Hyang Guru (Kamulan) tiyang …..(nama yang nganteb) ngaturang canang sebit sari, minakadi ajengan lan kejangkepin dening canang sari, pinake bhakti tiyang lan keluarga. Kebakaran antuk manah suci nirmala, tiyang lan keluarga nunas kerahayuan lan kerahajengan tur luput saking trimala pancamala lan dasamala rawuhing kaberebehan jagat sekadi mangkin minàkadi pandemi Covid-19 virus korona lan kacuntakan sane tyosan. Akidik aturang manusañta nanging akeh pinunasnia, astungkara pakulun micayang manut ring pinunas lan pengaptin tiyang lan keluarga sami. Antuk paswecan pakulun, tiyang lan keluarga ngaturang suksma ning manah. Om Sidhir Astu Tad Asthu Nama Swaha.

Om Tryam Bhakam Ya Jamahe, Sugandhim Pasti Wardhana, Urwarrukham Siwa Bandanat, Mriryor Muksya Mammritham.

Om Sarwa Lara Wighna, Sarwa Klesa, Sarwa Rogha Winasa Ya Namah Swaha

Om Anugrah Manohara, Dewadhatta nugraha, Arcanam sarwa pujanam, Namo namah nugrahakham.

Om Dewa Dewi maha siddhi, Yadnya Nirmala, Atmakham Laksmi, Siddhisca Dirgahayu, Nirwighna suka wredischa.

Om Ksama Swamam Maha Dewa Sampurna Ya Nama Swaha.

Sedangkan mantra untuk di lebuh, yaitu menghaturkan wong-wongan sebagai berikut :

Ih… Ta kite Sang Bhuta Kala (di Lebuh) manusañta angaturaken badi wong -wongan pinaka larapan bhakti manusañta. Enak ta kite amuktyaken, asing kurang asing luput haywa ta kite silik-ugik, uwuhin manusañta kerahayuan kedirgayusan. Abih manusañta lemah peteng selid sanje ring darat ring toyo ring udara. Ebek danuh ebek segara bhaktanmu. Dohakena manusañta saking kaberebehan jagat sekadi mangkin. Pomo pomo pomo (sambil ayabang lan metaluh arak-tuak-berem).

Utawi Mantra sane sederhana:

Iki sang kala bucari
Sang kala bala lan sang kala raja ..
Kita tan wenang nadah i manusa
Iki tetadahan nia
Pasegehan wong wongan
Usan mangan usan minum kita budal ke genah soang soang tan patut kita ngrubeda ring mercapada…
Poma poma poma..

Nb: Dados mantra sesontengan, untengnyane nunas RAHAYU

Bagi yg meyakini silahkan lakukan ritual sesuai dgn keyakinan yg tulus…bagi sane ten yakin sampunan meboye.

INGAT TUHAN MENCIPTAKAN, TUHAN JUGA AKAN MELEBURNYA

Semoga sami rahayu, jagat Bali, Indonesia lan Dunia
Imanusa wantah berusaha ida sane matutang

SUKSME
Sesuai penjelasan dari WAKIL KETUA PHDI BALI
Pinandita Ketut Pasek Swastika

Upacara Bagi Yang Keguguran


Memiliki keturunan adalah harapan setiap keluarga. Bagi keluarga Hindu(Bali) keturunan adalah jalan menuju surga, keturunan masing-masing keluargalah yang akan melakukan upacara saat kedua orang tuanya meninggal. Harapan setiap keluarga tentu tidak selalu sesuai dengan kenyataan, ada beberapa hal yang menyebabkan keturunan tidak berhasil terlahir ke dunia antara lain; karena alasan medis(kesehatan) ada pula yang sengaja dilakukan karena berbagai faktor.

Photo by: Anonymous | paduarsana.com | Ilustrasi

Terlepas dari faktor diatas keguguran hendaknya mendapatkan upacara sebagai mestinya, bagaimana pun janin yang masih dalam bentuk gumpalan darah telah memiliki roh yang patut kita kasihi. Itulah alasan mengapa upacara atas keguguran hendaknya dilakukan dengan tepat. Tidak dipungkiri banyak diantara kita yang masih tidak mengetahui upacara apa yang harus kita lakukan saat keluarga kita mengalami keguguran atas janin yang dikandung.

Seperti yang disampaikan oleh Jero Mangku Dalang I Nyoman Badra kepada Bali Express (Jawa Post Group); Upacara atas keguguran yang dialami ditujukan kepada roh(niskala) sang jabang bayi terlepas apapun bentuk atau wujudnya tujuan inti dari upacara adalah untuk meminta maaf kepada leluhur dan agar roh tersebut dapat dengan tenang dialamnya dan tidak mengganggu keluarga tersebut.

Menurut Sastra Hindu, orang yang pernah keguguran itu sepatutnya diupacarai Pangepuh Ayu dan Gurupiduka. Dalam hal ini keguguran yang tidak disengaja mungkin disebabkan ibunya jatuh atau janin tidak kuat dalam rahim hingga mengalami keguguran. Sedangkan upacara untuk orang yang sengaja menggugurkan disebut Dhanda Barunana dan Gurupiduka.

Semoga Bermanfaat: Dari bali express

Proses Perceraian Hindu Bali


Perceraian sangat tidak dianjurkan dalam agama Hindu, kecuali suami atau istri berkhianat dan tidak setia. Didalam Rg Weda perceraian telah melanggar Yadnya yang sudah dilakukan. Pada konteks tertentu pasangan suami istri tetap memilih berpisah tentu dengan pertimbangan yang matang dari kedua belah pihak.

Photo Credit: Iamexpat.nl

Kita tentu tidak asing dengan Istilah Tri Upasaksi yaitu:
Butha Saksi, Manusa saksi dan Dewa Saksi dalam upacara perwakinan Hindu Bali.
Butha Saksi, Bebanten yang ditujukan (di ayab) dan diletakkan di bawah (biyakoanan, pekala-kalan, pedengan-dengenan) sebagai pralambang

Manusa Saksi, lebih kepada pengesahan perkawinan sesuai dengan undang-undang perkawinan acara ini dihadiri oleh masyarakat, dimana petugas desa/adat (prajuru). Akta Perkawinan adalah bentuk manusa sakti
selaku wakilnya sebagai manusa saksi.
Dewa Saksi, adanya bebanten yang dihaturkan kehadapan Sang Hyang Widhi dan pemerajan/sanggah sebagai perwujudan dewa saksi. Dengan prosesi perkawawinan yang dilalui tersebut diatas maka perceraian hendaknya dilakukan sejalan dengan proses perkawinan, maka perceraian patut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Pasangan suami istri yang akan melangsungkan perceraian, harus menyampaikan kehendaknya itu kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Prajuru wajib memberikan nasihat untuk mencegah terjadinya perceraian.
  • Apabila terjadi perceraian maka terlebih dahulu harus diselesaikan melalui proses adat, kemudian dilan­jutkan dengan mengajukannya ke pengadilan negeri untuk memper­oleh keputusan.
  • Menyampaikan salinan (copy) putusan perceraian atau akte perceraian kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Pada saat yang bersamaan, prajuru banjar atau desa pakraman menyarankan kepada warga yang telah bercerai supaya melaksanakan upacara perceraian sesuai dengan agama Hindu.
  • Prajuru mengumumkan (nyobyahang) dalam paruman banjar atau desa pakraman, bahwa pasangan suami istri bersangkutan telah bercerai secara sah, menurut hukum nasional dan hukum adat Bali, sekalian menjelaskan swadharmamantan pasangan suami istri tersebut di banjar atau desa pakraman, setelah perceraian.

Perlu disadari kedua belah pihak akibat hukum perceraian adalah sebagai berikut.

  • Setelah perceraian, pihak yang berstatus pradana (istri dalam perkawinan biasa atau suami dalam perkawinan nyeburin) kembali ke rumah asalnya dengan status mulih daa atau mulih taruna, sehingga kembali melaksanakan swadharma berikut swadikara-nya di lingkungan keluarga asal.
  • Masing-masing pihak berhak atas pembagian harta gunakaya (harta bersama dalam perkawinan) dengan prinsip pedum pada (dibagi sama rata).
  • Setelah perceraian, anak yang dilahirkan dapat diasuh oleh ibunya, tanpa memutuskan hubungan hukum dan hubungan pasidikaran anak tersebut dengan keluarga purusa, dan oleh karena itu anak tersebut mendapat jaminan hidup dari pihak purusa.

Artikel diolah dari:
Keputusan Majelis Utama Desa Pekraman Bali(MUDP)