Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Daily Archives: May 27, 2012

Pura Pusering Jagat


Salah satu Pura Kahyangan Jagat lainnya di Bali adalah Pura Pusering Jagat. Terletak di Desa Pejeng, Tampak Siring, Gianyar. Pura Pusering Jagat memiliki arti yang penting di Bali dan merupakan tempat sthana(bersemayam) Dewa Siwa.
Dalam lontar-lontar kuna, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Pusering Tasik atau pusatnya lautan. Penamaan itu akan mengingatkan masyarakat Hindu kepada cerita Adi Parwa yang mengisahkan perjuangan para dewa dalam mencari tirtha amertha (air kehidupan) di tengah lautan Ksirarnawa.

Di pura ini terdapat arca-arca yang menunjukkan bahwa pura ini adalah tempat pemujaan Siwa seperti arca Ganesha (putra Siwa), Durga (sakti Siwa), juga arca-arca Bhairawa. Ada juga arca berbentuk kelamin laki-laki (purusa) dan perempuan (pradana). Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Pradana ini adalah ciptaan Tuhan yang pertama. Purusa adalah benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana benih-benih kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan harmoni.

Di pura ini juga terdapat peninggalan kuno berbentuk bejana yang disebut sangku sudamala yang melambangkan limpahan air suci untuk kehidupan. Di dalam sangku sudamala ini terdapat gambar yang menandakan angka tahun Saka 1251.

Pangempon Pura Pusering Jagat terdiri atas dua kelompok yakni pangempon dan penanga. Pengempon terdiri atas empat banjar yaitu: Banjar Intaran, Banjar Pande, Banjar Puseh dan Banjar Guliang. Sedangkan penanga sebanyak kurang lebih 137KK yang berasal dari Desa Adat Jero Kuta dan sekitar 100 KK berasal dari luar Jero Kuta seperti Pejeng Kangin dan Pejeng Kelod. Adapun upacara yang diselenggarakan di pura ini berupa aci panyabran, aci piodalan/padudusan alit dan aci piodalan/padudusan agung. Padudusan alit diselenggarakan setiap 210 hari bertepatan dengan Anggara Kasih Wara Medangsia dan Padudusan Agung digelar setiap satu tahun sekali bertepatan dengan Purnamaning Karo yang bisanya jatuh sekitar Agustus.

Pura Lempuyang


Pura Lempuyang Luhur terletak di Bukit Gamongan, pada puncak bukit Bisbis atau Gunung Kembar di desa Purahayu, kecamatan Abang, kabupaten Karangasem. Terletak lebih kurang 22km dari Kota Amlapura, kearah utara melewati Tirtagangga menuju Desa Ngis di Kecamatan Abang, kemudian membelok ketimur menuju Desa Purahayu. Kendaraan bermotor hanya bisa sampai di Desa Ngis, selanjutnya kita akan berjalan kaki menuju Desa Purahayu dan kemudian berjalan diatas bukit menuju Pura yang berada di puncak bukit Bisbis, waktu tempuh kurang lebih 3 jam.

Menurut Upadeca, bila dihubungkan dengan “Pura-Pura” Sad Kahyangan di Bali, maka Pura Lempuyang Luhur adalah termasuk salah satu dari lima Pura Kahyangan Jagat lainnya. Pura Lempuyang Luhur adalah kedudukan Dewa Içwara dan terletak di ufuk Timur penjuru mata angin di Bali. Hal ini dapat dihubungkan dengan Dewa Nawa Sanga beserta tempatnya dan senjatanya masing-masing. Jadi jelaslah bahwa Pura Lempuyang Luhur adalah sebagai penjaga/pemelihara arah sebelah timur dengan dewa Içwara sebagai manefestasi Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun dewa yang dipuja adalah Bethara Agnijaya (Hyang Gnijaya) sebagai manefestasinya Hyang Widhi, oleh karena Bhtara Agnijaya disejajarkan fungsi serta peranannya dengan Brahma, Wisnu, Indara dan Shambu maka dapatlah dimengerti bahwa Bhatara Agnijaya adalah identik dengan Içwara yaitu Dewa Asthadhipalaka yang berada di penjuru Timur. Nama Sang Hyang Agnijaya yaitu putra dari Sang Hyang Parameçwara (maksudnya sebagai manefestasi dari Hyang Widhi) juga ada disebutkan di dalam Lontar DewaPurana Bangsul. Pura-Pura yang berada di Bukit Gamongan yang ada hubungannya dengan Pura Lempuyang Luhur adalah Pura Desa Purahayu, Pura Telaga Mas dan Pura Pasar Agung.

Pengemong Pura Lempuyang Luhur adalah seluruh anggota”krama Desa” dari Desa Purahayu, sedangkan penyungsungnya adalah segenap masyarakat Bali yang beragama Hindu dan Masyarakat Hindu di pulau Lombok termasuk umat Hindu di seluruh Indonesia serta masyarakat Tionghoa di Bali. Upacara Piodalan Pura Lempuyang Luhur jatuh pada hari Kamis Umanis wuku dungulan atau Umanis Galungan yakni setiap enam bulan bali sekali (210 hari). Adapun urutan upacara piodalan pada Pura Lempuyang Luhur adalah sama dengan upacara pada Pura Sad Khayangan lainnya.

Dari puncak Lempuyang pemandangan sangat indah, kelihatan pantai Amed dan Desa Culik, arah Timur terlihat Gunung Seraya, dan Gunung Agung pun nampak sangat indah. Tidak heran jika Pura Lempuyang juga di datangi oleh wisatawan lokal maupun manca negara.

Pura Goa Lawah


Pura Goa Lawah terletak di Klungkung Bali tepatnya Desa Pesinggahan di Kecamatan Dawan, tidaklah sulit untuk menemukan lokasi Pura Goa Lawah secara pura ini berada tepat di pinggir jalan artei antara Kota Semarapura(Ibu Kota Klungkung) atau jalur semarapura-amlapura kurang lebih 49km. Pura Goa Lawah merupakan salah satu dari enam Pura Sad Kahyangan atau Pura Kahyangan Jagat sebagai tempat ber-sthana-nya Ida Sang Hyang Basukih dan Dewa Maheswara, dihuni ribuan kelelawar.

Menurut mitologi yang disuratkan dalam lontar prekempa, dikisahkan bahwa saat terjadi bencana kekeringan yang dhasyat, Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menyelmatkan bumi. Dewa Brahma turun menjemal menjadi naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma menjadi sebagai naga Basuki. Dewa Iswara menjadi naga Taksaka.

Selanjutnya, naga Basuki terlentang dengan kepala menghadap ke tenggara. Sebagian kepala naga Basuki tercelup ke laut untuk menggerakan samudera agar menguap menjadi mendung. Nah, kepala naga Basuki ini kemudian disimbolkan dengan Pura Goa Lawah. Sedangkan ekornya yang menjuntai menjelma menjadi hutan yang sangat lebat. Oleh masyarakat Bali, daerah yang dianggap sebagai ujung ekor naga Basuki didirikan Pura Goa Raja {salah satu pura dalam kompleks Pura Besakih}. Sebagian masyarakat Bali percaya bahwa pada zaman dulu gua di Pura Goa Raja tembus di Pura Goa Lawah. Namun karena gempa dahsyat pada tahun 1917, gua itu tertutup reruntuhan Bumi.
Di luar mitologi tersebut, sumber-sumber kuno mengatakan bahwa Pura Goa Lawah dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI dan dipugar untuk diperluas pada abad ke XV.

Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah jatuh pada setiap Anggara Kasih Medangsia.Biasanya pada bulan-bulan baik, sasih ayu dan hari-hari baik-rahina subhadiwasa, umat Hindu banyak berdatangan ketempat ini. Di Pura ini umat Hindu melakukan upacara Nyegara Gunung, karena lokasinya berada ditepi laut dan diperbukitan atau gunung. Hanya beberapa meter disebelah selatan pura terdapat pantai sedangkan gunung itu sendiri diwakili oleh perbukitan dimana pura dan goa ini berlokasi. Pura ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena keberadaan goa kelelawarnya sendiri serta bangunan pura dan kegiatan umat bersembahyang. Area parkirnya yang luas serta adanya wantilan membuat tempat ini menjadi tempat persinggahan favorite bagi pemedek atau wisatawan yang melewati jalur ini.