Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Monthly Archives: February 2016

Istri Menurut Kitab Suci Weda


Menjadi istri tentu harapan semua wanita didunia ini, dapat diterima dikeluarga besar suami adalah impian setiap wanita yang baru menikah. Tidak dipungkiri memasuki jenjang pernikahan kita harus menyiapkan mental untuk menjadi anggota baru dirumah suami. Keluarga suami hendaknya menerima kehadiran menantu tanpa syarat apapun, seperti menerima kehadiran anak kandung. Menciptakan suasana yang ramah untuk anggota baru dalam keluarga adalah kewajiban semuanya. Berikut adalah beberapa kutipan Kitab Suci Weda yang bisa jadikan pedoman untuk memasuki dunia baru rumah tangga.

Wahai mempelai wanita, dengan kedatanganmu ke rumah suamimu, semogalah kamu menjadi petunjuk yang terang terhadap keluarganya. Membantu dengan kebijaksanaan dan pengertian, semogalah kamu senantiasa mengikuti jalan yang benar dan hidup yang sehat dalam rumahmu. Semogalah Hyang Widhi menghujankan rahmat-Nya kepadamu.(Atharwa Weda XIV.2.27).

Wahai penganten wanita, datangilah dengan keramahanmu seluruh anggota suamimu. Bersama-samalah dalam suka dan duka dengan mereka. Semoga kehadiranmu di rumah suamimu memberikan kebahagiaan dan keberuntungan kepada suamimu, mertuamu laki-laki dan perempuan dan menjadi pengayom bagi seluruh keluarga. (Atharwa Weda XIV.2.26).

Seorang wanita, istri atau ibu juga hendaknya berpenampilan lemah lembut dan menjaga dengan baik setiap bagian tubuhnya. “Wahai wanita, bila berjalan lihatlah ke bawah, jangan menengadah dan bila duduk tutuplah kakimu rapat-rapat”(Rgveda VIII.33.19).

Wahai istri, tunjukkan keramahanmu, keberuntungan dan kesejahtraan, usahakanlah melahirkan anak. setia dan patuhlah kepada suamimu (Patibrata), siap sedialah menerima anugrah-Nya yang mulia” (Atharvaveda XIV.1.42)

Sungguhlah dosa besar jika seorang istri berani terhadap suaminya, berkata kasar terhadap suaminya. “Hendaknya istri berbicara lembut terhadap suaminya dengan keluhuran budi pekerti” (Atharvaveda , III.30.2).

Sebagai seorang istri tahan ujilah kamu, rawatlah dirimu, lakukan tapa brata, laksanakan Yajna di dalam rumah, bergembiralah kamu, bekerjalah keras kamu, engkau akan memperoleh kejayaan” (Yajurveda XVII.85).

Jadikanlah rumahmu itu seperti sorga, tempat pikiran-pikiran mulia, kebajikan dan kebahagiaan berkumpul di rumahmu itu”(Atharvaveda VI.120.3).

Seorang istri hendaknya melahirkan seorang anak yang perwira, senantiasa memuja Hyang Widhi dan para dewata, hendaknya patuh kepada suaminya dan mampu menyenangkan setiap orang, keluarga dan mengasihi semuanya.(Reg Weda X.85.43).

Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19)

Wahai para istri, senantiasalah memuja Sarasvati dan hormatlah kamu kepada yang lebih tua” (Atharvaveda XIV.2.20)

**Dari berbagai sumber

Pedoman PHDI Nyepi 2016, Saka 1938


Berikut adalah Pedoman terkait perayaan Nyepi Saka 1938. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), majelis tertinggi umat Hindu di Bali mengeluarkan pedoman tentang pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1938 yang jatuh pada hari Rabu, 9 Maret 2016.

“Pedoman tersebut merupakan hasil rapat pengurus harian dan anggota Forum Welaka (kelompok pemikir) PHDI Bali tentang pelaksanaan rangkaian Hari Suci Nyepi tahun baru saka 1938,” kata Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana MSi di Denpasar, Selasa (23/2).

Ia mengatakan, rangkaian upacara pelaksanaan Hari Suci Nyepi disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan di desa pekraman (desa kala patra), termasuk tradisi di masing-masing desa adat di Pulau Dewata.

Pedoman tersebut disampaikan kepada ketua umum pengurus harian parisada pusat, Gubernur Bali, Ketua DPRD Bali, Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pekraman, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Bali bupati dan wali kota se Bali.

Selain itu juga disampaikan kepada Ketua PHDI Kabupaten/kota se Bali, ketua majelis madya desa pekraman kabupaten/kota se Bali, ketua PHDI kecamatan se provinsi Bali serta ketua majelis alit desa pekraman kecamatan di Bali.

Prof Ngurah Sudiana menjelaskan, Hari Suci Nyepi tersebut diawali dengan mengadakan prosesi “Melasti/Melis” di kawasan pantai yang bermakna membersihkan “pratima” atau benda yang disakralkan oleh umat Hindu.

Tidak hanya ke pantai, “Melasti” juga bisa dilakukan ke tepi danau atau sumber mata air (kelebutan) yang dianggap suci. “Ritual ini dilakukan umat pada salah satu dari tiga hari yang ditetapkan, yakni Minggu, 6 Maret 2016 hingga Selasa, 8 Maret 2016.

Ngurah Sudiana menjelaskan, umat yang bermukim dekat pantai melakukan prosesi “Melasti” ke laut, dan yang tinggal di daerah pegunungan melakukannya ke danau atau ke sumber mata air. Sementara masyarakat yang tinggal di tengah-tengah daratan Pulau Dewata jauh dari laut maupun danau, dapat melakukan ritual “Melasti” di sumber mata air terdekat.

Ngurah Sudiana menambahkan, setelah “Melasti”, menyusul dilakukan “Bhatara Nyejer” di Pura Desa/Bale Agung di desa adat masing-masing, dilanjutkan dengan “Tawur Kesanga” atau persembahan kurban pada hari Selasa (8/3), sehari menjelang Nyepi.

“Tawur Kesanga” itu dilakukan secara berjenjang di tingkat Provinsi Bali yang dipusatkan di Pura Besakih, kemudian tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa dan banjar hingga di rumah tangga masing-masing.

Kegiatan ritual tersebut bermakna meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antara sesama umat manusia, lingkungan dan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

“Tawur Kesanga” yang berakhir pada petang hari itu dilanjutkan dengan “Ngerupuk” yang bermakna mengusir roh jahat serta menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif “bhutakala” yakni roh atau makluk yang tidak kelihatan secara kasat mata di lingkungan warga.

Keesokan harinya, Rabu (9/3), umat Hindu merayakan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1938 dengan melaksanakan “Catur Brata” Penyepian, yakni empat pantangan (larangan) yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi umat Hindu.

Keempat larangan tersebut meliputi tidak melakukan kegiatan/bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).

Pelaksanaan “Catur Brata” Penyepian akan diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat, ujar Ngurah Sudiana.

Valentine Day dan Ajaran Hindu


kasihsayang2

Bicara valentine day rasanya kebarat-baratan, tapi itulah bahasa umum sekarang, bahasa yang lumrah kita dengar saat menjelang 14 Februari setiap tahunnya. Menjelang valentine day sebagian pengusaha mencari peruntungan dengan menawarkan produk-produk yang berbuhungan dengan valentine, mulai dari coklat, bunga, boneka dll.

Saya tidak akan bicara mengenai hadiah apa yang cocok dihari valentine. Tapi ingin mengajak pembaca untuk memahami beberapa istilah dalam Agama Hindu yang mungkin ada hubungannya dengan “kasih sayang”.

Tat Twam Asi | That Thou Art (that you are).

Tat Twam Asi bermakna itu adalah kamu. Kalimat ini merupakan salah satu Mahāvākya (Semboyan Utama) dalam Sanatana Dharma berlandaskan Weda. Mulanya kalimat ini muncul dalam kitab Chandogya Upanishad 6.8.7. Secara umum konsep tat twan asi mengajarkan kita untuk berempati antara sesama makhluk hidup, saling menghargai, menyayangi. Menyakiti orang lain adalah menyakiti diri sendiri. Sejalan dengan ajaran Tat Twam Asi, konsep Wasudaiwa Kuthumbakham (Kita semua adalah saudara) merupakan konsep etika yang menekankan pentingnya persaudaraan dan cinta kasih antar sesama manusia.

Selain kedua ajaran kebaikan dan cinta kasih tersebut diatas dalam Hindu juga dikenal ajaran Tri Hita Karana yang menekankan keharmonisan hubungan dalam kehidupan manusia. Tri Hita Karana artinya tiga penyebab keharmonisan. Yang pertama yaitu Parahyangan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan. Yang kedua Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Dan yang ketiga
Palemahan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya. Ajaran Tri Hita Karana ini tentu merupakan landasan penting dan utama yang harus dilaksanakan oleh setiap manusia didunia. Konsep ajarannya memberikan gambaran bagaimana manusia seharusnya menjalin hubungan dengan Tuhan dan isi alam semesta termasuk manusia. Hubungan yang harmonis tersebut tentunya dapat diwujudkan bila kita semua saling mencintai dan mengasihi.

Semoga bermanfaat. Selamat hari kasih sayang. Kasih sayang universal bagi terciptanya kedamaian.

%d bloggers like this: