Merupakan hari pergantian tahun saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa.
Rangkaian Perayaan Nyepi adalah :Tawur, Melelasti, Amati Geni / Sipeng, dan Ngembak Geni
Tawur adalah : Penyucian/ pemarisudha bhuta kala yang dalam pemujaan dimurtikan, setelah diberi tawur menjadi somiya.
Ngerupuk adalah lanjutan daripada pelaksanaan tawur yang dilaksanakan di tiap- tiap pekarangan rumah.
Pelaksanaan Tawur:
Kontroversi:
- Menurut Sundarigama tawur, diadakan pada perwanining tilem kesanga.
- Menurut Swamandala, tawur diadakan pada tilem kesanga, tidak membenarkan berlakunya pada perwaninya. Selanjutnya Swamandala tidak membenarkan dilaksanakannya tawur pada waktu cetramasa, apabila kebetulan jatuh sesudah wuku Dungulan, sebelum Budha Keliwon Pahang, oleh karena itu tawur tersebut dilakukan pada Tilem Kedasa.
- Kemudian Widhi Sastra dalam lontar Dewa Tattwa Niti Bhatara Putrajaya, memperkuat Swamandala. Rupanya sesudah Budha Keliwon Dungulan sampai dengan Budha Keliwon Pahang adalah somiyanya Bhatari Durgha, sebab itu tidak baik melaksanakan tawur, karena tawur adalah untuk Durgha Murti.
Melasti
Melasti = melelasti = nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta. Menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Segara (laut) dianggap sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri).
Selambat- lambatnya pada tilem sore, pelelastian harus sudah selesai secara keseluruhan, dan pratima yang disucikan sudah harus berada di bale agung.
Berata Penyepian[Catur Brata]
Ada 4 hal yang dilakukan umat Hindu pada perayaan hari raya nyepi, yaitu :
- Amati Geni, Artinya umat tidak boleh menyalakan api, Anyekung Jnana Sudha Nirmala untuk menghadapi tahun baru (pergantian tahun).
- Amati Karya, Umat tidak dibenarkan melakukan aktifitas.
- Amati Lelungan, Tidak melakukan perjalanan atau bepergian.
- Amati Lelanguan, Tidak mencari kesenangan
Ngembak Geni
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada tanggal “ping pisan (1) sasih kedasa (X)”. Pada hari inilah Tahun Baru Saka tersebut dimulai. Umat Hindu bersilaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain. Dengan suasana baru, kehidupan baru akan dimulai dengan hati putih bersih. Jadi kalau tahun masehi berakhir tiap tanggal 31 Desember dan tahun barunya dimulai 1 Januari, maka tahun Çaka berakhir pada “panglong ping limolas (15) sasih kedasa (X)”, dan tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X).
**Dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat, Silahkan share:
Like this:
Like Loading...
Related
Pingback: Pedoman PHDI Nyepi 2016, Saka 1938 | Paduarsana