Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Monthly Archives: December 2013

Tri Hitakarana Dalam Keseharian


Oleh: Pandita Mpu Jaya Prema

Sudahkah kita melaksanakan ajaran Tri Hitakarana, suatu hal yang sering digembar-gemborkan dan sebuah istilah yang suka dijadikan slogan? Mari kita telusuri lebih jauh.

Tri Hitakarana adalah ajaran yang menciptakan hubungan harmonis untuk tiga hal penting menyangkut kehidupan manusia. Yang pertama, hubungan harmonis manusia dengan Tuhan (parahyangan). Yang kedua hubungan harmonis antarsesama manusia (pawongan). Yang terakhir hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungan (palemahan).

Hubungan harmonis manusia dengan Tuhan bisa diciptakan oleh pribadi-pribadi yang sesungguhnya tidak harus melibatkan orang lain. Berbagai cara bisa dilakukan. Bisa dengan cara meditasi, samadi, japa, yoga, bhakti, atau datang ke pura. Keharmonisan ini sulit diukur dan tak bisa dilihat dengan kasat mata. Ada orang yang jarang datang ke pura, tetapi tekun melakukan persembahyangan di kamar suci rumahnya.

Masalah menjadi lain jika dalam konsep mencari keharmonisan parahyangan itu, berbenturan dengan pihak lain. Karena cara-cara yang ditempuhnya tidak lazim untuk lingkungan sekitar. Misalnya, mau melakukan yadnya pada piodalan di pura dengan cara agni hotra. Tak semua pengempon pura setuju. Itu tak bisa dipaksakan. Kalau untuk urusan pribadi seperti tiga bulanan anak (seperti yang banyak dilakukan saat ini), itu masih bisa dimengerti. Mem­persembahkan daging hewan untuk bhuta yadnya(mecaru), misalnya, terjadi polemik. Ada yang tak mau memakai hewan dengan alasan ahimsa (anti kekerasan), ada yang tetap mengikuti tradisi karena hewan itu justru dijadikan korban untuk “meningkatkan kehidupannya”. Lalu yang satu menyalahkan,yang satu ngotot melaksanakan.Tak tercapai keharmonisan. Maka gagalnya keharmonisan di bidang pawongan akan menjadi sia-sia menemukan keharmonisan di bilang parahyangan.

Hubungan antar sesama manusia (pawongan) banyak menimbulkan masalah di kalangan umat Hindu, khususnya yang berada di Bali. Ini disebabkan terdapat lembaga yang mengambil peran, yakni adat. Manusia Bali yang beragama Hindu mau tak mau harus diika toleh sistem adat, karena tanpa menjadi warga adat mereka kehilangan pengayoman meski mereka termasuk penduduk sah di sebuah desa dinas.

Jika adat kaku maka akan menjadi penghambat dan merusak keharmonisan pawongan. Orang Bali tidak bisa meningkatkan prestasi kerjanya, jika mereka bekerja di sektor yang bukan pertanian, karena adat di Bali yang tradisional itu sesungguhnya lahir dari komunitas petani. Bagaimana mungkin sebuah pimpinan bank, misalnya, setiap saat harus pulang ke desanya untuk urusan adat, ngayah ke pura, kerja bhakti, melayat orang meninggal yang waktunya telah ditetapkan, dan sebagainya. Jika kewajiban adat ini dilanggar, resikonya sangat tinggi, dia bisa dikeluarkan dan tak bisa menggunakan fasilitas adat. Ini fatal, karena kuburan di Bali masih berstatus milik adat, belum ada (kecuali di Denpasar) kuburan berstatus milik Hindu.

Maka lembaga adat harus menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi dan meninggalkan pola adat agraris. Misalnya, tak harus warga adat didenda jika tak ikut mengantar jenazah ke kuburan, karena terbentur pekerjaan kantor. Toh di waktu sore atau malam bisa datang ke rumah duka sambil membawa “punia kematian”. Tentu banyak contoh lain yang bisa diberikan di sini.

Yang paling parah dilanggar dari ajaran Tri Hitakarana ini tentu saja masalah ketiga, pelemahan. Lingkungan di Bali sudah sangat rusak dan upaya untuk terus merusaknya tak pernah berhenti. Tempat-tempat suci sudah dikepung oleh sarana bisnis, meski pun Parisada sudah mengeluarkan bhisama tentang kesucian pura. Sementara penataan kawasan wisata yang bersentuhan dengan pura justru malah dicurigai.

Tanah di Bali sudah banyak yang beralih ke tangan orang luar, dan mereka tentu saja bukan Hindu. Bali menjadi padat dengan membanjirnya pendatang, sementara ada bupati di Bali yang senang mendapat penghargaan karena berhasil mengirim transmigran Bali ke luar daerah. Jadi, di satu pihak pendatang diundang, di pihak lain petani Bali disuruh transmigrasi. Bagaimana konsep Tri Hitakarana akan ajeg di Bali jika dalam hidup kesehariannya begitu berbeda? Tri Hitakarana masih berupa slogan.

Upacara “Caru Pamarisuda” Bali Nuraga


Hari ini semeton di Bali Nuraga Lampung Selatan menggelar upacara pamarisuda. Upacara tersebut merupakan jenis upakara panca sata banten ayaban tumpang pitulas bungkul di Pura Dalem Desa Bali Nuraga, Way Panji, Lampung Selatan. Upacara akan di-puput Sri Mpu Jaya Lokanata dari Banjar Pande Arga. Upacara ini sebagai bagian ngastiti bakti kepada Ida Hyang Widhi agar menurunkan anugerahnya demi kerahayuan, kesejahteraan dan kedamaian di Bali Nuraga khususnya dalam Lampung umumnya.

Diharapkan juga, melalui upacara pacaruan pamarisuda ini, peristiwa kelam 27-29 oktober 2012 yang menewaskan sembilan orang, menghanguskan 493 rumah, 29 Pura Dadia, paibon, merajan, empat mobil dan puluhan sepeda motor menjadikan tanah ibu pertiwi suci nirmala, subur, tidak ada amuk massa seperti tahun lalu.

Ida Bagus Sudarsana mengatakan, pacaruan pamarisuda ini sebagai wujud persembahan agar semua unsur menjadi baik, suci nirmala. “Kita bersama-sama dengan masyarakat, berdoa agar Desa Bali Nuraga terhindar dari segala bencana,” ujarnya.

Dalam persiapan upakara di wantilan Pura Dalem Bali Nuraga, masyarakat, terutama kaum ibu melakukan ngayah membuat tipat banten, pasucian, nanding banten suci, pacaruan. Sedangkan krama laki-laki membuat sanggah cucuk.

Ketua Pemulihan Bali Nuraga Ketut Wardana menyatakan dengan semangat gotong royong warganya mempersiapan segala peralatan dan rangkain upakara. “Masyarakat Bali Nuraga sebetulnya sudah tidak asing mempersiapkan upakara model ini. Adanya pelatihan seperti ini sudah pasti bermanfaat untuk menambah visi, wawasan bebantenan dengan apresiasi lebih baik,” ujar mantan Kades Bali Nuraga ini.

Ketut Sulandri dari Banjar Sidereno mengatakan, sering membuat pejatian, biakala. “Ada pelatihan ini membuat ibu-ibu sangat senang. Pelatihan ini menambah wawasan dirinya bersama rekan-rekannya,” ujarnya yang diamini rekan-rekannya, seperti Ketut Sulandri, Rini, Ni Wayan Sutini, Jurnaedi, Kadek Nuryani

sumber: Bali Post Group.

Om Santih, Nyanyian Dhama Penyejuk Hati


Nyanyian Dharma belum seberapa banyak yang kita dengar dibandingkan dengan lagu-lagu rohani dari saudara-saudara kita(muslim maupun nasrani) beberapa tahun lalu musisi asal Bali Dewa Budjana dkk sempat mengeluarkan 2 album (mohon koreksinya jika saya keliru) yang dikemas apik dengan balutan label Nyanyian Dharma. Sesuai sebutannya Nyanyian Dharma diharapkan menjadi alternatif dari bentuk puja dan puji atas  keagungan Sang Hyang Widhi Wasa. Saya pribadi sangat bersyukur dengan adanya kreatifitas anak muda Hindu yang mewujudkan rasa bhaktinya melalui syair-syair lagu. Syair-syair lagu tersebut melantunkan keagungan, mencerminkan kecintaan dan rasa bhakti yang amat dalam kepada sang pencipta.

Salah satu karya anak muda Hindu yang tidak pernah bosannya saya dengar adalah Nyanyian Dharma berjudul OM SANTIH, syairnya yang lembut seirama dengan musiknya yang sangat menentramkan jiwa dan pikiran.

Lagu Hindu Om Santih ini berupa Doa suci atas kebesaran Tuhan agar hidup berbahagia dan damai seluruh isi dunia. Saya biasa mendengarnya saat menjelang tidur dan dalam perjalanan.  Berikut adalah lirik lagu Om Santih dari Palawara Music Company(Novi – Vocal, Ary Wijaya- Gitar, Jigo- Suling).

OM SANTIH

Om Santih, santih, santih, om
Om Santih, santih, santih, om
Brahma, wisnu, maheswara
Kaulah kekuatan dunia
Berkahilah cinta kasih Mu
Agar bahagia hidupku
Om Santih, santih, santih, om

Brahma, wisnu, maheswara
Kaulah kekuatan dunia
Biarkanlah kau dihatiku
Agar bahagia hidupku

Semua yang ku ucap, ku dengar dan ku buat dari dosa
Bimbinglah kami dari kegelapan,kebodohan dan karma
Tak habis ku berdoa tak henti memuja nama Mu..

Semua yang ku ucap, ku dengar terbuat dari dosa
Bimbinglah kami dari kegelapan,kebodohan dan karma
Tak habis ku berdoa tak henti memuja nama Mu.Oohh..

Om Santih, santih, santih, om
Om Santih, santih, santih, om

Jika anda ingin melihat wajah anak-anak muda Hindu dengan Nyanyian Dharma, Om Santih, silahkan simak  via youtube.

Selamat berkarya dijalan Dharma, semoga damai selalu

Om Santih, Santih, Santih OM

%d bloggers like this: