Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Tag Archives: hari raya nyepi

Menjaga Keheningan Nyepi


Image by: tribun bali

Kita tentu punya rencana saat Hari Raya Nyepi tiba, mulai dari mau Nyepi dimana sampai apa saja yang akan dilakukan saat Nyepi. Tidak dipungkiri masyarakat akan mempersiapkan segala kebutuhan sehari sebelum hari raya nyepi mulai dari mempersiapkan bahan makanan, keperluan anak-anak dll. Kita bisa lihat tempat rental DVD, minimarket, supermarket akan dipenuhi oleh masyarakat untuk mempersiapkan kebutuhan saat Nyepi. Bagi yang memiliki uang lebih mereka akan menghabiskan Hari Raya Nyepi di Hotel. Sebagai umat Hindu kita tidak tentu asing lagi dengan Catur Brata Nyepi: Amati Karya(tidak bekerja), Amati Gni (tidak menyalakan api), Amati Lelungan(tidak bepergian) dan Amati Lelanguan(tidak mencari hiburan/kesenangan). Dengan tidak melakukan ke-empatnya tersebut diatas anda telah menjaga keheningan nyepi sebagaimana agama hindu ajarkan. Bagaimana jika anda tidak puasa atau anda sedang punya bayi atau anggota keluarga yang butuh perawatan. Kita tentu tau apa yang harus kita lakukan tanpa mengurangi makna hakiki dari Hari Raya Nyepi.

Baru-baru ini PHDI Bali mengeluarkan himbauan dilarang melakukan swafoto (selfi) saat Nyepi. Salah satu tujuannya adalah untuk menjaga ke-khidmatan Nyepi itu sendiri. Larangan foto selfie bukan hanya berlaku untuk masyarakat umum, namun petugas adat sekalipun yakni pecalang juga diwanti-wanti untuk tidak selfie saat bertugas. Bahkan diusulkan bentuk sanksi kepada warga ataupun pecalang yang melanggar dengan diumumkan namanya di desa. Seperti halnya  Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana kita semua tentu berharap Hari Raya Nyepi tahun ini lebih baik dari Nyepi sebelumnya.

Seperti yang dikutif dari tribun bali PHDI sudah mengirim surat imbauan kepada semua komponen untuk menghormati perayaan Nyepi. I Gusti Ngurah Sudiana kembali menekankan agar umat Hindu memberi contoh pada umat yang lain. Dengan diantaranya tidak berfoto selfie atau swafoto diluar rumah. Pihak keamanan adat atau pecalang pun diminta tidak ber-selfie saat bertugas. Sanksinya desa pakraman akan memberikan peringatan atau sanksi yang mendidik. Beberapa imbauan umum yakni bagi umat Hindu yang mempunyai upacara agama diharapkan sudah selesai sebelum Nyepi.

Sementara bagi umat Islam yang biasa menjalankan shalat di masjid, diminta tidak mengeraskan suara adzan sampai keluar dan supaya jalan kaki ke masjid terdekat. Jika ada orang yang meninggal saat Nyepi harus didiamkan selama semalam.

Menjaga keheningan, kedamaian Nyepi sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Hindu dimana pun berada. Hari Raya Nyepi adalah saat yang tepat untuk melakukan perenungan atas apa yang telah kita lakukan ditahun lalu untuk kemudian kita tingkatkan ditahun yang akan datang. Kita selalu berharap agar hari ke hari kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bijak dengan pedoman agama Hindu yang kita anut.

Selamat Hari Raya Nyepi!

Terima kasih: Tribun Bali.

Merayakan Nyepi dengan Khidmat


Image by: Info Denpasar

Sebagai umat Hindu kita harus menyadari dan mengerti bagaimana merayakan Nyepi dengan khidmat. Beberapa waktu lalu PHDI Bali mengeluarkan himbauan untuk tidak selfi pada saat Nyepi dan mengunggahnya ke media sosial seperti facebook, instagram, twitter dll. Himbauan ini tentu bukan tanpa alasan dari tahun ke tahun kita selalu mendapati perayaan Nyepi tidak sebagaimana mestinya. Adanya pelecehan terhadap Hari Raya Nyepi bukan tidak mungkin disebabkan kita sebagai umat Hindu tidak mengerti bagaimana seharusnya Nyepi dilaksanakan.

Nyepi yang merupakan perayaan suci agama Hindu dan sekaligus Tahun Baru Saka yang jatuh pada “Penanggal Ping Pisan Sasih Kadasa” menurut sistem kalender Hindu Nusantara, yaitu di saat Uttarayana (hari pertama matahari dari katulistiwa menuju ke garis peredaran di lintang utara), merayakannya dengan sepi yang kemudian bernama nyepi artinya membuat suasana hening, tanpa kegiatan (amati karya), tanpa menyalakan api (amati agni), tidak keluar rumah (amati lelungan), dan tanpa hiburan (amati lelanguan), yang dikenal dengan istilah Catur Brata Penyepian.

Selama meyambut hari raya nyepi, berbagai kegiatan yang di lakukan masyarakat untuk mempersipakan segala sesuatu, baik sarana maupun prasarana dalam proses upacara nanti seperti Tawur Agung Kesanga yang dilakukan sehari sebelun perayaan nyepi keesokan harinya. Upacara ini dilakukan tentu saja untuk persembahan manusia kepada para Bhuta Yadnya agar terjadi keseimbagan dan keharmonisan dalam menjaga hubungan erat antara manusia dengan alam sekitar (palemahan). Namun terkadang acara tersebut dipandang sebelah mata hanya dipersepsikan sebagai formalitas dan pelengkap hari raya nyepi. Hal tersebut bisa kita amati khususnya di Bali yang kental akan berbagai jenis upacaranya (ritualnya).

Selain itu hiruk-pikuk dalam perayaan nyepi sering sekali terjadi kejanggalan dan ketidak sesuain dengan konteks hari rayanya. Banyak masyarakat (Bali-Hindu) yang acuh tak acuh, merayakannya penuh dengan kemewahan, berpesta poria, minum-minuman keras di setiap gang-gang perumahan maupun balebanjar atupun wantilan dan yang sangat memprihatinkan sekali yaitu bahkan ada masyakat yang memanfaatkan moment ini (nyepi) untuk berjudi, karna hari ini merupakan hari libur nasionl yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat(Bali-Hindu) menggunakan waktu senggang ini untuk bersenang-senang. Sangat lucu dan sekaligus mengherankan. Perayaan suci (nyepi) yang sangat disakralkan dan di hormati disambut dengan penuh kegemerlapan duniawi yang tak habis-habisnya sepanjang tahun. Kemungkinan banyak umat non Hindu di luar sana yang mengetahuinya dan berfikir, kenapa bisa seorang masyarakat Bali-Hindu yang taat dan disiplin akan ritual keagamaaan bisa-bisanya menyambut hari rayanya sendiri penuh dengan foya-foya dan bersenang-senang dengan berbagai kegiatan hiburan ?

Memang tidak bisa dipungkiri arus pariwisata global telah mengubah pola pikir dan karakter masyarakat. Tentu saja disini mereka tidak bisa menahan diri dalam arus materi yang diorientasikan demi untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin kompleks dan menggila. Terlebih dari sektor itu berdampak signifikan dalam merusak alam Bali yang menjunjung tinggi ajaran Tri Hita Karana. Bali yang sekarang bukanlah Bali yang dikenal seperti dahulunya. Bangunan yang super megah dengan ketinggian yang melebihi peraturan yang diberikan telah di langgar dan sekaligus disepakati dengan jalan damai(kompromi), tanpa memperhitungkan dampak dari apa yang telah di sepakatinya tersebut. Semuanya itu hanyalah keteledoran manusianya sendiri, mau terjebak dalam dunia fana yang penuh dengan sajian keduniawiaan.

Sungguh ironis sekali, ketika ketidakberdayaan manusia dalam menahan hawa nafsu(kama) maka terjerumuslah ia dalam lembah muara keterpurakan yang meyesatkan. Tanpa menyadari ia sejatinya hanyalah manusia biasa yang merupakan ciptaan Tuhan yang penuh dengan kelemahan. Dalam hakikatnya menyambut perayaan agama seperti perayaan nyepi yang merupakan hari raya yang dijunjung tinggi umat Hindu-Bali sebenarnya harus dihormati dan di sambut dengan penuh kedamaian, keheningan, intropeksi diri dan menyelami sambil mempelajari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sebelumnya bukan meyambut dengan berbagai pesta poria yang penuh dengan kenikmatan duniawi. Karna waktu kehidupan bagi manusia sangat terbatas.

Entah kapan waktu akan mengakhiri kehidupan manusia dan dunia ini. Sebelum jatuh dan jauh dari penyesalan marilah sebagai masyarakat Hindu Bali khususnya, meyambut perayaan nyepi dengan penuh hikmat betul-betul menyadarkan diri sendiri dengan keyakinan yang kuat, meskipun belum bisa sepenuhnya melakukan catur brata penyepian, dengan tahap demi tahap serta proses pembelajaran bukan tidak mungkin hal itu dapat kita capai, demi mencapai kesejahteran hidup lahir maupun batin.

Terima kasih kepada : Info Denpasar, Gazez Bali

NYEPI


Oleh: Ida Pedanda Gunung

OM SWASTIASTU.
OM AWIGNAMASTU NAMOSIDAM.

Umat Hindu diseluruh Indonesia melakoni hari suci NYEPI setiap tahun, tepatnya dilaksanakan di hari pertama sasih (bulan) kedasa, sasih kedasa (kesepuluh) sebagai sasih pertama dari tahun saka, dan sasih ke sanga (sembilan) adalah sasih terakhir atau sasih berakhirnya tahun saka terdahulu.Hari suci ini disebut hari untuk menyambutan tahun baru saka. Hal ini banyak sekali menimbulkan pertanyaan, kenapa begitu? Kenapa tidak di bulan ke 12 seperti tahun masehi? Jawabannya adalah memang seperti itu hukumnya tahun saka itu. Namun ada juga maknanya; Sebab setiap sasih ke sanga disebutkan sasih panca roba (sasih kotor), jadi keadaan alam di saat sasih ini sangatlah kotor (sekala dan niskala), sebab sudah melalui 12 bulan perputaran dari ntahun saka yang terdahulu, sehingga tahun saka yang datang diawali dengan sasih kedasa ( kedas + a ), kedas (bhs Bali artinya bersih). Banyak lagi tafsir-tafsir tentang hal itu.

Nyepi1

Suasana Nyepi(di ground zero, legian, kuta. bali)

Hari sucI nyepi mempunyai makna : HNENG, HNING, ELING, AWAS. keempatnya ini semestinya dilaksana setiap nyepi ( juga di dalam kehidupan sehari-hari ), HNENG artinya; Tenang, HNING artinya jernih, ELING artinya sadar, dan AWAS artinya waspada. ke-empatnya ini dimulai dari pikiran. Sebab di dalam situasi seperti itu kita dapat memaknai hidup ini dengan tepat, dan memandang masa depan dengan jelas. Serangkaian dengan hal itu, jangan lupa menanamkan di dalam diri kita masing-masing hal-hal sebagai berikut;

1. Bhakti terhadap Tuhan dg segala manifestasinya, serta terhadap leluhur.
2. Cinta terhadap sesama manusia tidak memandang Ras, Suku dan agama.
3. Kasih terhadap alam lingkungan.

Hneng, Hning, Eling dan Awas itu bisa mewujudkan karakter seperti itu, dan sebaliknya karakter seperti itu akan mengarahkan kita ke alam Hneng, Hning, Eling dan Awas. Oleh karena itulah hari suci umat hindu tidak berdiri sendiri, demikian pula hari suci nyepi ada rangkaiannya, sebelum dan sesudahnya.

Rangkaian hari Suci Nyepi;

1. Mekiyis.
2, Tawur (kesanga),
3. Sipeng (nyepi),
4. Ngembak Gni.

Semua rangkaian ini bermakna antara lain; 1. Mekiyis (melasti/makekobok), Makna utamanya adalah Rasa Bhakti terhadap Tuhan dg segala manifestasinya. Sehingga mekiyis depenisinya di dalam lontar Sundarigama, lontar Swamandala adalah; ….

IDA BHATARA DALEM KAIRING DENING KAHYANGAN-KAHYANGAN, DANGKA-DANGKA, MWANG PANJAK SAGEREHAN ALELASTI KESEGARA, ANGANYUDIN MALANING BHUMI, ANGAMET TIRTHA AMERTA RI TENGAHING SEGARA DI PULO MANYETI.

Kalau kita semak secara dangkal dapat dimaknai upacara itu sebagai upacara timbal balik antara Bhakti dengan asih. Yaitu manusia Bhakti dan Tuhanpun akan asih. Ini artinya serasi dan selarasnya hubungan manusia dengan Tuhan.

Setelah itu ada upacara tawur, upacara ini tergolong upacara Bhuta Yadnya yaitu Menetralisir (nyomya), energi negatif dari alam menjadi energi positif yang dapat membantu manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dengan bahagia. Ini ada makna yang terkandung keserasian hubungan manusia dengan alam, bila manusia tidak menaruh kasih kepada alam, maka alampun akan semakin mengganas terhadap manusia itu sendiri.

Keesokan harinya kita umat Hindu, melakoni sipeng dengan catur bratha panyepiannya, yang dapat mewujudkan karakter Hneng, Hning, Eling dan Awas. Mengarungi kehidupan berlandaskan kedamaian dan kebahagiaan. Ini berarti hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sebab semuanya harus diawali dari diri sendiri.

Yang terakhir adalah Hari Ngembak Gni; ini menyelaraskan hubungan manusia antar manusia yang dilandasi oleh prilaku; Yang pinter memberitau yang bodoh, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat membantu yang sakit.

Ada beberapa hal penting saya ingat kaitannya dengan nyepi, disaat saya merenung muncul di hati saya pikiran begini; Kalau saja konsep nyepi ini bisa dilakukan di seluruh dunia atau di Indonesia, maka banyak hal yang bisa memberikan pengaruh positif, bukannya saya ingin mempengaruhi orang dengan ajaran Hindu, sama sekali tidak. Yang saya katakan konsepnya, tentang namanya silahkan. Sebab disaat Nyepi (khususnya di Bali), berapa liter bahan bakar dapat diirit, sebab semua orang di Bali pada hari itu tidak menggunakan kendaraan, pabrik-pabrik, industri-industri semuanya stop. Kalau umpamanya kesehariannya di Bali menghabiskan 100 liter bahan bakar, maka disaat Nyepi dapat mengirit 100 liter dan pada saat itu polusi udara sudah pasti menurun. Binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan dapat hidup bebas satu hari, sampai semutpun berkeliaran di jalan tidak ada yang melindas, karena manusia sedang tidak beraktifitas. Alangkah damainya hidup ini. TERIMA KASIH PARA PENDAHULUKU YANG MENCANANGKAN KONSEP NYEPI, SAYA DIBIKIN TERUS BANGGA MENJADI ORANG HINDU. Walaupun disana-sini masih ada kekurangannya namun secara garis besarnya hari Nyepi memberi manfaat positif kepada manusia dan alam lingkungan kita.

Oleh karena itu melalui tulisan ini saya menghimbau dan mengajak saudara-saidara untuk melakoni Hari suci Nyepi dengan baik, jangan berbuat sesuatu yang dapat menodai hari yang kita sucikan. Kepada pemerintah saya ucapkan terima kasih atas dukungannya disegala bidang, terutama menutup bandara dan pelabuhan serta menutup semua jenis transportasi, menutup penyiaran media disaat Nyepi.

SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU SAKA.

OM, SHANTIH, SHANTIH, SHANTIH, OM.

**Ida Pedanda Gunung: Salah satu rohaniawan Hindu di Bali.