Salah satu rahinan Tumpek dalam masyarakat Bali adalah Tumpek Wayang, diperingati setiap 6 bulan sekali jatuh setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Wayang. Tumpek Wayang merupakan puja walinya Sanhyang Iswara pada hari ini umat Hindu Bali menghaturkan upacara menuju keutamaan tuah pratima-pratima dan wayang, juga kepada semua macarn benda seni dan kesenian, tetabuhan, seperti: gong, gender, angklung, kentongan dan lain-lain.

Image by: Bali Soul Mate
Bebantennya yaitu : suci, peras, ajengan, sedah woh, canang raka, pesucian dengan perlengkapannya dan lauknya itik putih.
Upakara dihaturkan kepada Sanghyang Iswara, dipuja di depan segala benda seni dan kesenian agar selamat dan beruntung dalam melakukan pertunjukan-pertunjukan, menarik dan menawan hati tiap-tiap penonton.
Untuk pecinta dan pelaku seni, upacara selamatan berupa persembahan bebanten: sesayut tumpeng guru, prayascita, penyeneng dan asap dupa harum, sambil memohon agar supaya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan majunya kesenian dan kesusastraan.
Ada kepercayaan pada masyarakat Bali, bahwa orang yang lahir pada Wuku Wayang (lebih lebih pada Tumpek Wayang) merupakan hari kelahiran yang cemer, mala serta melik (kepingit). Dan kebanyakan orang tua yang mempunyai anak lahir pada wuku wayang merasakan ketakutan dan was was atas kelanjutan kehidupan anaknya.
Kebanyakan yakin dengan adanya cerita Geguritan Suddamala yang menceritakan; Dewa Siwa pura pura sakit keras, dan mengutus Dewi Uma mencari Lembu Putih dialam fana sebagai obat. Dan sebelum susu didapat Dewi Uma tidak dipekenankan kembali ke Siwaloka, Sang dewi sangat patuh melaksanakan perintahnya, singkat cerita Dewi Uma menemukan Lembu Putih tersebut, ternyata untuk mendapatkan susu lembu dewi uma harus melakukan hal yang tidak terpuji yaitu harus mengorbankan kehormatannya dengan si gembala . Dan atas perbuatannya itu Dewa Siwa mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durga, berujud raksasa dan tinggal di Setra Gandamayu.
Dan selanjutnya dari hubungan itu lahirlah seorang anak bermasalah yaitu Dewa Kala sosok makhluk raksasa yang menyeramkan yang konon lahir pada Sabtu Kliwon Wuku Wayang (terkenal dengan Tumpek Wayang). Putra dari Dewa Siwa yang menyamar sebagai pengembala, merasa bertanggung jawab dengan penyamarannya mengakui Dewa Kala putranya. Atas pertanyaan Dewa Kala makanan apa yang bisa disantap, Dewa Siwa memberi Ijin kepada putranya orang yang lahir menyamai kelahiran Dewa Kala sendiri dan. Ternyata, putra siwa berikutnya yakni Rare Kumare lahir di Tumpek Wayang. Maka Dewa Kala pun harus menyantap Rare Kumare meskipun adik kandungnya sendiri, Nah cerita ini berkembang disebut Sapuh Leger.
Menurut lontar Sapuh Leger dan Dewa Kala, Batara Siwa memberi izin kepada Dewa Kala untuk memangsa anak/orang yang dilahirkan pada wuku Wayang (sumber: Koleksi Lontar Gedong Kirtya, Va. 645).
Atas dasar isi lontar tersebut, maka diyakini bahwa seorang anak yang dilahirkan bertepatan pada wuku Wayang, demi keselamatan sang anak masyarakat Bali berusaha mengupacarai dengan didahului mementaskan Wayang Sapuh Leger. Upacara tersebut dikenal dengan upacara sapuh leger.
Diolah dari berbagai sumber.
Semoga bermanfaat, Silahkan share:
Like this:
Like Loading...
Related
Recent Comments