
Suasana Hari Raya Galungan, Sumber: Balikami
Sebelum hari raya galungan, ada beberapa rangkaian hari raya suci yang dirayakan umat Hindu dimana hari raya tersebut sebagai persiapan menyambut hari raya galungan.
- Sugihan Tenten, jatuh pada Buda Pon Wuku Sungsang atau tujuh hari sebelum Hari Raya Galungan. Sugihan ini disebut Sugihan Tenten karena merupakan hari ngentenin atau memperingatankan, mengingatkan umat manusia bahwa sebelum Kemenangan Dharma tiba Bhuta Tiga akan hadir untuk menggoda umat manusia.
- Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba.
Sebuah upacara dalam rangka menyucikan bhuana agung (makrocosmos) yang jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang. Kata Sugihan berasal dari urat kata Sugi yang artinya membersihkan dan Jaba artinya luar, dalam lontar sunarigama dijelaskan sebagai berikut: bahwa Sugihan Jawa merupakan “Pasucian dewa kalinggania pamrastista bhatara kabeh” (pesucian dewa, karena itu hari penyucian semua bhatara). Pelaksanaan upacara ini dengan membersihkan segala tempat dan peralatan upacara dimasing-masing tempat suci.
- Sugihan Bali, Bali dalam bahasa sansekerta berarti kekuatan yang ada dalam diri. Jadi Sugihan Bali memiliki makna yaitu menyucikan diri sendiri sesuai dengan lontar sunarigama: “Kalinggania amrestista raga tawulan” (oleh karenanya menyucikan badan jasmani masing-masing /mikrocosmos) yaitu dengan memohon tirta pembersihan /penglukatan.
- Panyekeban, Jatuh pada hari Minggu Pahing Dungulan. Panyekeban artinya mengendalikan semua indrya dari pengaruh negatif, karena hari ini Sangkala Tiga Wisesa turun ke dunia untuk mengganggu dan menggoda kekokohan manusia dalam melaksanakan Hari Galungan. Dalam Lontar Sunarigama disebutkan: “Anyekung Jnana” artinya mendiamkan pikiran agar tidak dimasuki oleh Bhuta Galungan dan juga disebutkan “Nirmalakena” (orang yang pikirannya yang selalu suci) tidak akan dimasuki oleh bhuta galungan.
- Penyajan, Artinya hari ini umat mengadakan Tapa Samadhi dengan pemujaan kepada Ista Dewata. Penyajan dalam lontar Sunarigama disebutkan: “Pangastawaning Sang Ngamong Yoga Samadhi” upacara ini dilaksanakan pada hari Senin Pon Dungulan.
- Penampahan, Berasal dari kata tampah atau sembelih artinya; bahwa pada hari ini manusia melakukan pertempuran melawan Adharma, atau hari untuk mengalahkan Bhuta Galungan dengan upacara pokok Mabyakala yaitu; membayar kepada Bhuta Kala. Makna sesungguhnya dari hari penampahan ini adalah membunuh sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri, bukan semata-mata membunuh hewan korban, karena musuh sebenarnya ada didalam diri, bukan di luar dan termasuk sifat hewani tersebut. Ini sesuai dengan lontar Sunarigama yaitu; “Pamyakala kala malaradan” artinya membayar hutang kepada ruang dan waktu. Bhuta = ruang, Kala = waktu, jadi Bhuta kala adalah ruang dan waktu, jadi harus diharmonisasi karena kita hidup diantara keduanya termasuk Atma hidup diantara ruang dan waktu jasmani ini.
- Galungan, Inilah puncak rahina jagat. Hari kemenangan dharma terhadap adharma setelah berhasil mengatasi semua godaan selama perjalan hidup ini, dan merupakan titik balik agar manusia senantiasa mengendalikan diri dan berkarma sesuai dengan dharma dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan dalam usaha mencapai ananda atau jagadhita dan moksa serta shanti dalam hidup sebagai mahluk yang berwiweka.
- Manis Galungan, Setelah merayakan kemenangan, manusia merasakan nikmatnya (manisnya) kemenangan dengan mengunjungi sanak saudara dengan penuh keceriaan.
- Pemaridan Guru, Jatuh pada hari Sabtu Pon Dungulan, maknanya pada hari ini dilambangkan dewata kembali ke sorga dan meninggalkan anugrah berupa kadirgayusan yaitu; hidup sehat umur panjang dan hari ini umat menikmati waranugraha dari dewata. Demikian makna Hari Raya Galungan sebagai hari pendakian spritual dalam mencapai kemenangan/wijaya dalam hidup ini ditinjau dari sudut pelaksanaan upacara dan filosofisnya.
- Kuningan, Akhirnya pada hari raya Kuningan merupakan hari yang sangat berbahagia bagi umat manusia di Bumi dan alam Semesta. Ida Bhatari Durga Nawa Ratri sedang turun ke Bumi mengunjungi umat manusia yang memuja dan berbakti kepada Beliau serta menganugrahkan kasih sayang kepada alam marcapada dan isinya.
**Semua rangkaian hari suci diatas hendaknya dilalui dengan kesucian hati dan pikiran, melakukan pensucian bhuwana agung dan bhuwana alit bagi terciptanya keharmonisan alam.
Artikel: diolah dari Puri Agung Dharma Giri
Semoga bermanfaat, Silahkan share:
Like this:
Like Loading...
Related
Recent Comments