Bagaimana sikap sembahyang yang benar dalam Hindu ? Sebelum kita mengetahui bagaimana posisi sembahyang maka ada baiknya kita mengetahui apa pengertian sembahyang yang sebenarnya. Sembahyang berasal dari bahasa Jawa Kuno terdiri dari kata “sembah” artinya menghormat, takluk, menghamba, permohonan. Kata Hyang artinya Dewa, Dewi, suci. Jadi kata, “sembahyang” artinya menghormat atau takluk serta memohon kepada Dewa atau yang suci (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam sembahyang itu dikandung pula suatu pengertian menyerahkan diri atau menaklukkan diri serta menghamba kepada yang disembah. Di dalam agama Hindu sembahyang itu merupakan wujud nyata kegiatan beragama dengan tujuan untuk menghormati, menyerahkan diri, serta menghamba kepada Hyang Widhi Wasa dan yang suci. Yang suci disini dimaksudkan kepada leluhur yang telah suci dan kepada para Maha Rsi yang telah memiliki kesucian itu sendiri.
Dalam sembahyang bersama, maupun dalam sembahyang individu, hendaknya kita mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh PHDI. Dalam sembahyang yang dipimpin oleh seorang pemimpin upacara (Pandita atau Pinandita), maka kita mengikuti tuntunan pemimpin upacara tersebut. Sikap tangan dalam melakukan sembahyang sesuai petunjuk buku Upadesa (1968) adalah sebagai berikut:
- Kehadapan Sang Hyang Widhi, cakupan tangan diletakkan di atas dahi hingga ujung jari ada diatas ubun-ubun.
- Kehadapan para Dewa (Dewata), ujung jari-jari tangan di atas, di antara kening.
- Kepada Pitara (roh leluhur), ujung jari-jari tangan berada di ujung hidung.
- Kepada sesama manusia, tangan di hulu hati, dengan ujung jari-jari tangan mengarah ke atas.
- Kepada para Bhuta, tangan di hulu hati, tetapi ujung jari-jari tangan mengarah ke bawah.
- Pada saat sembah dengan tangan kosong, pada setiap awal dan akhir sembahyang, sikap cakupan tangan, diletakkan di atas dahi seperti pemujaan ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.
Tata cara dan urut-urutan atau rangkaian sembahyang disebut kramaning sembah. Tentang kramaning sembah telah ditetapkan dalam seminar kesatuan tafsiran terhadap aspek-aspek agama Hindu tahun 1982, khususnya tentang sikap dan mantram Tri Sandhya. TRI SANDHYA adalah sembahyang yang wajib dilakukan oleh setiap umat Hindu tiga kali dalam sehari. Tri Sandhya, khususnya mantram Gayatri, disamping fungsi utamanya sebagai stave, stotra, atau puja, maka fungsinya sebagai kavaca dan panjara mendorong kita untuk menuju keselamatan jiwa dan raga. Gayatri merupakan mantram pertama dari 6 bait mantram Tri Sandhya yang sangat disucikan bagi umat Hindu. Seperti yang diamanatkan dalam Atharvaveda, mantram Gayatri atau Gayatri mantram adalah Vedamata, ibu dari semua mantram Veda, yang dapat memberikan perlindungan, keselamatan, kegembiraan dan kebahagiaan. Berdasarkan ketetapan Pesamuhan Agung Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) tahun 1990, maka sikap tangan yang digunakan untuk melaksanakan puja Tri Sandhya adalah sikap amustikarana yakni sikap tangan kanan mengepal ditutup dengan jari-jari tangan kiri dan kedua ibu jari bertemu ditempatkan menempel didepan dada.
Adapun urutan pelaksanaan Tri Sandhya, aba-aba untuk memulai sembahyang Tri Sandhya yakni:
- Asana, Mantram: Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
- Pranayama, Mantram: Om Ang Namah, Om Ung Namah, Om Mang Namah
- Karasudhana, Mensucikan tangan kanan: Om suddha màm swàha. Tangan Kiri: Om ati suddha màm swàha
- Amusti Karana.
- Tri Sandhya Ngawit.
Yang perlu diperhatikan pula sebelum memulai Tri Sandhya sebaiknya dilakukan doa pembersihan mulai dari : Pembersihan Tubuh, Posisi Sembahyang, Tangan, dan Pengaturan Nafas. Dan juga sebelum memulai Kramaning/Panca Sembah, sebaiknya dilakukan doa pembersihan sarana persembahyangan mulai dari bunga dan api.
Semoga bermanfaat, Silahkan share:
Like this:
Like Loading...
Related
Om Swastyastu, santukan akeh pitaken warga asing sane ke tiben ring titiang indik tata busana sulinggih risedek muput upacara,
Kenapa saat sulinggih muput upacara kaki sulinggih tertutup kain semuanya…?
Ampura tiang metaken antuk bahasa campuran.
Sukseme, om santi santi santi.
Ketut Suadnyana
LikeLike
K
LikeLike