Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Category Archives: Upacara

Banten Hari Raya Nyepi


Sehari sebelum hari Raya Nyepi umat Hindu akan melakukan Upacara Tawur Agung Kesanga. Kegiatan ini dilakukan berjenjang dari tingkat provinsi akan dilaksanakan di Pura Penataran Agung Besakih, kemudian ditingkat kabupaten/kota, kecamatan, desan hingga rumah tangga. Upacara ini merupakan ritual agama yang tidak terpisahkan dari hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi itu sendiri merupakan sebuah simbol penyucian dunia mikro (Buana Alit) atau diri sendiri baik dari pikiran dan perkataan juga perbuatan negatif, sekaligus penyucian dunia makro (Buana Agung), alam semesta dan isinya untuk keharmonisan dan keseimbangan alam semesta.

Serangkaian banten hari raya Nyepi akan haturkan sehari menjelang Nyepi sebagai Yadnya bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Secara rinci berikut adalah serangkaian banten yang akan dihaturkan pada Upacara Tawur Agung Kesanga

Banten Nyepi untuk Rumah Tangga:

  1. Ring Pamrajan / Sanggah / tempat bersembahyang keluarga; Menghaturkan Banten Pejati, yaitu Pras, Ajuman, Daksina, Ketipat kelanan, Canang Lengawangi Buratwangi.
  2. Di Natar Mrajan / Sanggah ; Menghaturkan segehan / nasi putih kuning atanding. Di Jaba / Lebuh / bagian luar sebelum masuk ke halaman rumah: Mendirikan/nanceb sanggah cucuk disebelah kanan kori / pemedalan, disanggah cucuk munggah banten Daksina, Pras, Ajuman, Dandanan, ketipat kelanan, Sesayut penyeneng, janganan kajang panjang, pada sanggah cucuk digantung ketipat kelanan, sujang/cambeng berisi tuak, arak, brem dan air tawar.
  3. Dibawah sanggah cucuk menghaturkan segehan Manca Warna (segehan dengan 9 warna, sesuai arah pangider-ideran sebanyak 9 tanding). Lauknya olahan ayam Brumbun atanding, disertai dengan tabuhan arak, Brem, Tuwak serta air tawar, di haturkan kehadapan Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja.

Segehan nasi cacahan 108 tanding dengan ulam jajron matah serta dilengkapi dengan segehan agung asoroh, serta tetabuhan arak, tuak, brem, Air tawar, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala, semua sarana diatas dihaturkan di bawah, pada waktu sandhi kala.

Semua anggota keluarga (kecuali yang belum tanggal gigi / makupak) menyucikan diri dengan natab banten Bayakala, dan Banten Prayascitta serta natab banten Sesayut pamyak kala, dihalaman / natah rumah masing-masing. Setelah itu dilanjutkan dengan pangrupukkan (mabuu-buu) mengelilingi rumah / pekarangan dengan sarana api (obor/prapak) serta membunyikan bunyi-bunyian seperti kulkul bambu atau yang lainnya, menyemburkan bawang merah, jangu dan masui (disebut trikotuka) mengelilingi pekarangan rumah.

**dari berbagai sumber

Artikel lainnya:

  1. Upacara Melasti
  2. Hari Raya Nyepi
  3. Sanggah Cucuk dan Tawur Agung Kesanga

Upacara Melasti Umat Hindu di Nusantara


Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 yang jatuh pada Hari Sabtu tanggal 17 Maret 2018 Umat Hindu diseluruh Indonesia melakukan Upacara Melasti. Berikut liputan kegiatan Upacara Melasti Umat Hindu yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber.

Palembang.

Di Palembang Upacara Melasti dihadiri 300 Umat Hindu Kota Palembang. Persiapan Upacara Melasti dilakukan di Pura Agung Sriwijaya kemudian Umat Hindu bersama-sama berangkat menuju dikawasan perairan Sei Lais yang terletak di Kecamatan Kalidoni Palembang.

Upacara Melasti Umat Hindu Palembang

Demi menjaga kelancaran jalannya Melasti panitia menyiagakan pengamanan terbuka dari Polri bekerjasama dengan Pecalang (Petugas Keamanan Bali)

Boyolali

Umat Hindu di Boyolali melakukan Upacara melasti. Masyarakat Hindu dari Dukuh Ragung Gede, Desa Karanganyar Kecamatan Musuk melakukan melasti selanjutnya para pemuda dari Pura Bhuana Puja mempersiapkan dua Ogoh-ogoh untuk Upacara Tawur Agung Kesongo Nyepi Saka 1940, Upacara Tawur Agung Kesongo akan berlangsung sehari menjelang Nyepi.

Jember, Jawa Timur

Umat Hindu di Jember melakasanakan Upacara Melasti di Pantai Paseban, Umat Hindu yang memadatai pantai yang terletak di Kecataman Kencong tersebut berasal dari kawasan Tapal Kuda antara lain; Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi dan Jember.

Upacara Melasti Umat Hindu di Kabupaten Jember.

Untuk wilayah Jember Upacara melasti diikuti ratusan Umat Hindu yang berasal dari 12 pura uang tersebar di Kabupaten Jember. Ketua Panitia Upacara Melasti Wahyu Widodo mengatakan Tema perayaan Nyepi Tahun ini “Dengan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinnekaan Berbangsa dan Bernegara demi Keutuhan NKRI”

Gunung Kidul

Ribuan Umat Hindu dari berbagai wilayah di Jogjakarta dan sebagian Jawa Tengah melaksanakan Upacara Melasti di Pantai Ngobaran, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Gunung Kidul Kamis(1/3/2018).

Upacara Melasti – Gunung Kidul

Gunungan, uba rampe (sesembahan) dan pura mini yang disebut pratima diarak dari parkiran Pantai Ngobaran menuju ke tempat upacara yang berada di tepi pantai dengan diiringi mantar suci dan kidung suci. Rombongan pembawa gunungan,sesembahan dan pratima ini dipimpin oleh seorang wasi.
Sesampai di tempat upacara yang berada di tepi Pantai Ngobaran, seluruh gunungan, pratima dan sesembahan langsung ditempatkan di sekitar Pura Segoro Ukir.

Cilincing Jakarta Utara,
Di Cilincing Jakarta Utara Upacara Melasti dilaksanakan di Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara, Ahad, 11 Maret 2018. Upacara ini dihadiri sekitar 5.000 umat Hindu Bali di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Upacara Melasti ini dihadiri oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.

Upacara Melasti- Cilincing Jakarta Utara

Dalam acara ini, Anies sempat berjalan berkeliling meninjau lokasi pura. Dia juga menuju dermaga untuk melepas umat Hindu yang akan berlayar ke tengah laut untuk mengambil air suci.

Semarang, Jawa Tengah

Ratusan umat Hindu melaksanakan ritual Melasti untuk menyambut Hari Raya Nyepi, di kawasan Pantai Marina Semarang, Jawa Tengah, 11 Maret 2018. Melasti merupakan salah satu rangkaian dalam perayaan Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan diri dari segala bentuk perbuatan buruk di masa lalu.

Semeru, Lumajang Jawa Timur

Pesisir Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Pasirian, Lumajang, Jawa Timur menjadi tempat digelarnya upacara Melasti bagi ratusan umat Hindu yang berasal dari Tengger, Semeru.

Mojokerto, Jawa Timur

Menjelang perayaan Nyepi, ratusan umat Hindu di Jawa Timur, menggelar upacara Melasti di Petirtaan Jolontundo, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Minggu siang. Kegiatan upacara Melasti yang diikuti sebelas pure dilakukan untuk proses pembersihan diri dan sembilan senjata Nawasanga.

Upacara Melasti – Mojokerto

Upacara Melasti yang dilakukan ratusan umat Hindu di Jawa Timur ini, berlangsung di Petirtaan Julotundo, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Sebelum melakukan Melasti, umat Hindu yang berasal dari 11 pure di Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto, mengarak berbagai sesaji, seperti jempana dan gebokan.

Umat Hindu Tengger

Ribuan umat Hindu Suku Tengger melaksanakan Upacara Melasti atau penyucian diri dan alam semesta, di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Upacara ini merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1938.

Upacara Melasti – Tengger

Aneka sesaji berupa hasil bumi, dibawa sekitar seribu lebih umat Hindu Suku Tengger Lumajang dan Probolinggo dalam Upacara Melasti, di Pantai Selatan Watu Pecak, Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Sesaji tersebut diletakkan di tempat yang sudah dipersiapkan.

**dirangkum dari berbagai sumber

Artikel lain:

  1. Makna dan Tujuan Upacara Melasti

Makna dan Tujuan Melasti


Sebelum melaksanakan tapa brapa penyepian umat Hindu diseluruh Indonesia melakukan Upacara Melasti. Melasti dilaksanakan umat Hindu, biasanya dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Nyepi. Namun pelaksanaan Upacara Melasti  disesuaikan dengan tradisi umat Hindu setempat. Di Bali Barat biasanya Melasti dilaksanakan tiga hari atau dua hari sebelum Nyepi. Masyarakat berbondong – bondong menuju laut ataupun mata air untuk melaksanakan ritual pembersihan. Selain membawa membawa prasaranan persembahyangan, masyarakat juga mengusung pretima (benda atau patung yang disakralkan) untuk dibersihkan secara sekala dan niskala. Lantas, apa dasar dari pelaksanaannya dan mengapa dilakukan di sumber mata air?

Sejumlah umat Hindu mengikuti prosesi upacara ritual Melasti di Pantai Tirta Samudera, Jepara, Jawa Tengah, Minggu (11/3/2018). Prosesi Melasti dengan melarung sesaji ke tengah laut tersebut sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi yang bertujuan untuk mensucikan diri dari sifat buruk serta harapan kebaikan di masa depan.

Dalam lontar Sundarigama dan Shanghyang Aji Swamandala, disebutkan, Melasti merupakan proses meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata dan manifestasi Tuhan, yang bertujuan untuk menghilangkan mala atau penderitaan,” papar Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa seperti dilansir Bali Express beberapa waktu lalu.

Dalam lontar Sundarigama, dijelaskan, Melasti memiliki lima tujuan utama, yaitu:

Ngarania ngiring prawetak dewata, anganyutaken laraning jagat, papa kelesa, letuhing bhuwana, ngamet sari ning amerta ring telenging segara.

Artinya, Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa, untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.

Ngiring prewatek dewata, dimaksudkan bahwa upacara Melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam prosesi Melasti. Tujuannya untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini. Karena itu, Melasti agak berbeda dengan berbhakti kepada Tuhan dalam upacara ngodalin atau saat sembahyang biasa. Para dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abon Ida Bhatara. Semestinya umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan Melasti itu menghaturkan sesaji setidak-tidaknya canang dan dupa lewat pintu masuknya kepada Ida Bhatara yang disimbolkan lewat rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut agar kehadiran beliau dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara manifestasi Tuhan yang hadir melalui Melasti.

Umat Hindu melakukan persiapan untuk melaksanakan ritual Melasti dalam menyambut Hari Raya Nyepi, di kawasan Pantai Marina Semarang, Jawa Tengah, Minggu (11/3/2018). Melasti merupakan salah satu rangkaian dalam perayaan Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan diri dari segala bentuk perbuatan buruk di masa lalu.

Anganyutaken laraning jagat adalah menghayutkan penderitaan masyarakat. Upacara Melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Penyakit sosial itu,  Di antaranya seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan antar golongan, wabah penyakit. Setelah Melasti semestinya ada kegiatan-kegiatan nyata untuk menginventariskan berbagai persoalan sosial untuk dicarikan solusinya. Dengan langkah nyata itu, berbagai penyakit sosial dapat diselesaikan tahap demi tahap secara niskala. Upacara Melasti adalah langkah yang bersifat niskala yang harus diimbangi oleh langkah sekala. Tujuan Melasti berikutnya adalah Papa kelesa. Jadi, Melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual.

Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa, yaitu Awidya(kegelapan atau mabuk), Asmita  adalah egois, mementingkan diri sendiri, Raga, pengumbaran hawa nafsu, Dwesa merupakan sifat pemarah dan pendendam, dan Adhiniwesa adalah rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita.

Kemudian tujuan Melasti selanjutnya adalah Letuhing bhuwana (alam yang kotor). Maksudnya, upacara Melasti bertujuan untuk meningkatkan kesadaran umat Hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau  menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.

Diperantauan WHDI – Hongkong melakukan melasti dengan kesederhanaan

Tujuan berikutnya adalah Ngamet sarining amerta ring telenging segara. Artinya, mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan. Melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal.
Melasti dalam Babad Bali, juga disebut  Melis atau Makiyis yang  bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya  dilakukan di laut, danau, dan sumber  mata air yang disucikan. Dan, pura yang memiliki pretima atau pralingga  diusung ke tempat patirtan tersebut.  “Melasti agak berbeda  dengan upacara dewa yadnya lainnya, seperti piodalan atau sembahyang purnama. Melasti merupakan tahap ritual untuk mendapat tuntunan dari Tuhan, melalui manifestasinya seperti para dewa.  Para Dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, makanya mereka biasanya membawa serta pretima dengan sarana abon – abonnya,” papar Ida Pandita Parama Daksa.

Lantas, kenapa mesti  dilaksanakan di laut atau mata air?  “Kembali lagi kepada tujuan Melasti, yaitu sebuah ritual pembersihan dengan menggunakan media air. Selain itu, juga untuk mendapatkan tirta amerta  agar kehidupan kedepannya lebih baik,” paparnya.  Melasti tidak hanya dapat dilakukan di laut, juga dapat dilakukan di sumber sumber mata air, seperti danau, dan sumber mata air lainnya.

Selamat Melaksanakan Upacara Melasti bagi semua umat Hindu dimana pun berada! Tetap jaga kebersihan lingkungan sebagai komitmen kita terhadap Tri Hita Karana!

**Diolah dari Bali Express, Jawa Pos Group