Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Category Archives: Upacara

Upacara Nigang Sasihin


Upacara “Nigang Sasihin” (Simantonayana Samskara)
Ngangkid, Natab Bajang Colong, Tuwun ke Tanah, Panglukatan Sapta Tirtha(Sapta Tirtha Pratistha), , Mapetik, Nyambutin, Pawintenan Sari & Saraswati.

Upacara Nigang Sasihin atau dapat juga disebut Simantonayana Samskara adalah merupakan upacara yang dilakukan pada saat bayi/anak berumur 3 bulan. Tujuan upacara ini adalah untuk mengucapkan terima-kasih kepada Sang Catur Sanak, yakni saudara empat dari si bayi karena telah menjaga bayi tersebut dari mulai bayi tersebut dibentuk di dalam kandungan sampai pada waktunya lahir. Pada umur 3 bulan inilah merupakan waktu dimana sang catur sanak tersebut kembali kepada tempatnya masing-masing karena pada umur ini sang atma yang reinkarnasi pada bayi tersebut dikuatkan kedudukannya lewat upacara ini. Jika dibandingkan dengan upacara Simantonayana Samskara, upacara ini adalah sama-sama bertujuan untuk mendoakan si bayi agar pertumbuhan dan perkembangannya mental & fisiknya berjalan dengan sehat. Dalam perjalanannya, upacara Nigang Sasihin di Bali tidak berpatokan pada umur si anak, ini dikarenakan biaya untuk melakukan upacara ini cukup besar, maka dari itu di beberapa daerah upacara ini dilakukan secara massal dan para peserta pun tidak hanya para bayi tetapi juga dari kalangan anak-anak yang umurnya sudah cukup dewasa.

Rangkaian Upacara

Ngangkid
Ngangkid atau yang lebih lazim disebut ngulapin. Ngulapin berasal dari kata ulap, yang berarti memanggil. Dalam prosesi ngulapin upacara tiga bulanan ini bertujuan untuk memanggil & menjemput Sang Hyang atma/ leluhur (yang mantuk pewayangan) bereinkarnasi pada anak yang diupacarai dimana atma-atma tersebut dipercayai belum bersthana di Pura Merajan Kawitan. Seperti yang diceritakan pada cerita Sang Jaratkaru, dimana putra dari Sang Jaratkaru-lah yang menyelamatkan atma ayah Sang Jaratkaru yang mengalami siksaan di Neraka karena lamanya Sang Jaratkaru tidak menikah dan memiliki pratisentana (keturunan). Upacara ini biasanya dilakukan di pantai, dengan banten utamanya Pangulapan dan Panebusan.

Nigang Sasihin
Dalam upacara ini ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan,seperti Natab Bajang Colong, yang bertujuan menghaturkan terima kasih kepada Nyama Bajang karena karena telah menjaga bayi/anak tersebut dari mulai dibentuk di dalam kandungan sampai pada waktunya lahir . Selanjutnya ada ritual panglukatan, dimana Sang Pandita/Yajamana Karya membersihkan (ngalukat) sang anak dengan menggunakan air suci dan juga japa mantram. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi mapetik, dimana sang anak disucikan dengan memotong rambutnya di lima titik di kepalanya menggunakan “Panca Korsika”. Tujuan dari upacara mepetik ini tiada lain untuk menghilangkan “papa klesa petaka, lara rogha wighna, gering sasab merana, sarwa satru, dan sebel kandel dari anak yang dipetik. Untuk anak yang mengikuti upacara ini yang sudah dianggap besar dan sedang dalam proses belajar (brahmacari), dilanjutkan dengan prosesi pawintenan sari & saraswati, dimana para peserta dihidupkan”aksara-aksara suci” yang berada pada tubuhnya melalu prosesi “merajah”, tujuannya adalah agar aksara-aksara suci tersebut memberikan kekuatan positif dalam proses brahmacari sang anak. Dalam prosesi pawintenan ini sang anak juga dipakaikan “Semayut” yang bertujuan untuk mengendalalikan perbuatan sang anak, dipakaikan pula “Karawista” dan juga “Kalpika” bertujuan untuk mengendalikan pikiran, kemudian dirajah di bagian lidah bertujuan untuk mengendalikan tutur katanya, dan dipakaikan kain dengan rajahan “Ganapati” di kepala agar Sang Hyang Ganapati senantiasa melindungi sang anak dari kekuatan negatif. Kemudian dilanjutkan dengan “Natab Sambutan” yang bertujuan menyambut sang atma si anak yang benar-benar menyatu dengan badan kasarnya sehingga sang anak nantinya bisa tumbuh dan berkembang secara baik. Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi “Tuwun ke Tanah”, dimana sang anak diharapkan memiliki fisik yang sehat dan kuat sehingga bisa tumbuh secara baik, dimana direpresentasikan dengan sang anak turun ke tanah. Demikian gambaran singkat tentang Upacara Nigang Sasihin, semoga informasi ini bermanfaat bagi para umat sedharma.

Upacara Melasti Umat Hindu Banjarmasin


Informasi Melasti dari Tanah Bumbu Sungai Loban – Upacara Melasti di Kabupaten Tanah Bumbu tahun ini dilaksanakan oleh Umat Hindu dari Tanah Bumbu, Kotabaru, Pelaihari, Banjarmasin dan Banjarbaru.

Image By: Sukadana Ajiex

Sebanyak 21 Rombongan Desa Adat se Kalimantan Selatan beserta 4 Balai Adat Dayak menghadiri dan mengikuti Prosesi Melasti yang dilaksanakan di Pantai Madani Tanjung Batu Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu, Rabu (14/3/2018).

Melasti skope Provinsi ini dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan ceremonial dan prosesi ritual. Ceremonial diisi dengan penampilan pentas kesenian beleganjur dan tarian oleh karang taruna dari desa adat dibarengi iringan parade kostum budaya nusantara (didukung oleh pihak ketiga) untuk memperkenalkan Pantai Madani sebagai Destinasi Wisata Seni Budaya dengan kekayaan alam gugusan terumbu karang di dalamnya.
Prosesi Ritual diisi dengan melaksanakan persembahyangan bersama oleh ribuan umat hindu yang tumpah ruah memadati Pantai Madani.

Untuk dua tahun terakhir yakni tahun Anggaran 2017 dan 2018 acara Melasti telah didukung penuh oleh Pemkab Tanah Bumbu menjadi Program Daerah dengan nama kegiatan WISATA RELIGIUS BUDAYA MELASTI melalui Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata.

Acara dihadiri oleh unsur Muspida yakni Bupati Tanah Bumbu beserta Rombongan, Unsur DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi, Unsur Muspika yakni Camat Sungai Loban, Kapolsek dan Danramil, Ketua Parisada Provinsi, Pembimmas Hindu Kemenag Kanwil Provinsi, para undangan baik dari Perusahaan, para Kepala Desa dan lain-lain.

Tahun 2018 ini Kepanitiaan Melasti dipercayakan kepada Desa Adat dan Desa Dinas Kerta Buwana Kecamatan Sungai Loban. Sebelumnya tahun 2017 kepanitiaan dilaksanakan oleh Desa Adat dan Desa Dinas Wanasari.
Dua Desa ini merupakan basis Umat Hindu di Kabupaten Tanah Bumbu, disamping itu tempat Melasti yang telah dihibahkan oleh Bapak Mardani H.Maming kepada Umat melalui Parisada Kabupaten berlokasi di Pantai Madani yang terletak di Desa Sungai Loban Kecamatan Sungai Loban ini lebih dekat ditempuh oleh dua desa ini.

Terima kasih : Sukadana Ajiex

Artikel terkait:

  1. Hari Raya Nyepi
  2. Upacara Melasti
  3. Banten Hari Raya Nyepi
  4. Sanggah Cucuk dan Tawur Agung Kesanga

Perayaan Nyepi Nasional 2018


Hari Raya Nyepi tahun 2018 akan jatuh esok pada hari Sabtu 17 Maret 2018. Seluruh Umat Hindu di beberbagai wilayah di Indonesia telah melakukan Upacara Melasti dan Pada hari ini Jumat 16 Maret 2018 akan dilakukan Upacara Tawur Agung Kesanga dan pengerupukan dimasing-masing daerah. Baru-baru ini Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi Nasional (PPHRNN) Tahun 2018 bersilaturahim ke Kemenag. Dipimpin Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, mereka diterima Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Ruang Kerja Menag, Gedung Kemenag Lapangan Banteng, Jakarta.

Tampak hadir, Sekjen PHDI I Ketut Parwata, Ketua Panitia Nyepi Nasional Laksda TNI I Nyoman Gede Ariawan beserta jajarannya. Kepada Menag, mereka melaporkan persiapan Kegiatan Nyepi Nasional tahun 2018 yang mengusung tema: Melalui Catur Brata Penyepian, Kita Tingkatkan Soliditas sebagai Perekat Keberagaman dalam Menjaga Keutuhan NKRI.

Image By: SOLO POS

Menurut Wisnu, ada empat kegiatan utama dalam rangkaian kegiatan Perayaan Hari Raya Nyepi Nasional 2018. Adapun puncak acaranya dilaksanakan pada Tahun Baru Saka 1940 atau jatuh pada 17 Maret 2018.

“Kegiatan pertama adalah seminar inspirasional yang dihadiri para tokoh lintas agama, seperti Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Pak Yudi Latief, dan Rektor Unhan (Universitas Pertahanan). Ini telah kami laksanakan pada 24 Februari 2018 lalu di Auditorium HM Rasjidi Kemenag MH Thamrin, Jakarta. Terima kasih atas fasilitas dan bantuan yang Kemenag berikan kepada kami,” terang Wisnu, Senin (12/03)

Kegiatan kedua adalah Ritual Upacara Tawur Agung Kesanga yang dipusatkan di Candi Prambanan pada 16 Maret 2018 yang akan datang. “Pada Ritual ini, kami mengedepankan kearifan lokal,” imbuh Wisnu.

Ketiga, tambah Wisnu, PPHRNN akan melakukan bakti sosial dan yoga massal yang akan diikuti oleh perserta dari berbagai umat. Acara ini dilanjutkan dengan penyuluhan tentang bahaya narkoba, donor darah dan penanaman pohon di daerah Gunung Salak. Diharapkan, kegiatan ini diikuti 2.000 peserta.

“Sedang kegiatan ke-empat adalah puncaknya, yakni Dharma Santi yang akan diselenggarakan di Mabes TNI pada 6, 7, dan 8 April 2018 dengan mengundang perwakilan dari beberapa negara sahabat yang ada di Indonesia, tokoh-tokoh lintas agama dan juga umat Hindu se-Jabodetabek,” lanjut Wisnu.

“Kami berharap, apa yang kami lakukan ini, mampu menghasilkan output salah satunya yakni mampu merekatkan keberagaman yang ada di Negeri kita ini, agar keutuhan NKRI mampu kita jaga, rawat dan teruskan,” sambungnya.

Menag Lukman bersyukur, Perayaan Hari Raya Nyepi Nasional baik yang telah terlaksana mapun belum, berjalan dengan baik.

“Saya bersyukur, acara yang telah terlaksana dan yang belum berjalan dengan baik, semoga apa yang kita lakukan ini, mendapat balasan yang baik pula. Dan semoga cita-cita kita bersama, agar NKRI ini makin kokoh dan kuat, bisa berjalan sebagaimana mestinya,” terang Menag.

Kemenag, menurut Menag Lukman siap membantu agar Perayaan Hari Raya Nyepi Nasional berjalan lancar dan sukses.

Selain tentang Perayaan Hari Raya Nyepi Nasional 2018, didiskusikan pula bebepa hal seperti Universitas Hindu (UNHI), guru-guru agama Hindu di sekolah umum, percetakan buku Hindu, ekonomi kerakyatan dan lain sebagainya.

Turut mendampingi Menag, Dirjen Bimas Hindu I Ketut Widnya dan Sesmen Khoirul Huda.

**Terima kasih: Kementrian Agama RI

Artikel Lain:

  1. Hari Raya Nyepi
  2. Upacara Melasti Umat Hindu Nusantara
  3. Tawur Agung Kesanga
  4. Banten Hari Raya Nyepi
  5. Menjalankan Nyepi dengan Khidmat