Paduarsana

Berbagi Tentang Semua Hal

Makna Sarana Persembahyangan Hindu(3)


Sarana persembahyangan selanjutnya adalah Bunga. Bunga mempunyai dua fungsi penting dalam agama Hindu yaitu sebagai simbol Tuhan(Dewa Siwa) dan sebagai sarana persembahyangan semata. Sebagai simbol Tuhan, bunga diletakkan tersembul pada unjung kedua telapak tangan yang dicakupkan pada saat menyembah. Setelah selesai menyembah, bunga biasanya ditajukkan diatas kepala(rambut) atau disumpangkan ditelinga. Sebagai sarana persembahyangan bunga dipakai untuk mengisi upacara atau sesajen yang akan dipersembahkan kepada Tuhan ataupun roh suci leluhur.

Bagi umat Hindu, bunga dipakai untuk menunjukkan kesucian hati untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa serta sinar suci-Nya,para leluhur dan para Rsi.

Warna-warna yang umum digunakan dalam persembahyangan antara lain:

  • Bunga berwarna putih, untuk memuja Hyang Widhi dengan sebutan Iswara, memiliki kekuatan seperti badjra,memancarkan sinar berwarna putih(netral).
  • Bunga berwarna merah, untuk memuja Hyang Widhi dengan sebutan Brahma, memiliki kekuatan seperti gada memancarkan sinar berwarna merah.
  • Bunga berwarna hitam, biasanya diganti dengan bunga berwarna biru, atau hijau. Dipakai untuk memuja Hyang Widhi dengan sebutan Wisnu, memiliki senjata cakra dan memancarkan sinar berwarna hitam.
  • Bunga berwarna kuning, untuk memuja Hyang Widhi dengan sebutan Mahadewa yang memiliki kekuatan seperti nagapasa,memancarkan sinar berwarna kuning. Persembahyangan dengan bunga berwarna kuning biasanya digabungkan dengan kewangen yang dilengkapi dengan bunga berwarna kuning.

Kewangen.

Bagi umat Hindu khususnya di Bali, kewangen merupakan perlengkapan sembahyang yang penting. Terutama kalau bersembahyang mengikuti puja pinandita. Dari puja pengantarnya dapat diketahui bahwa kewangen dipakai untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam wujud Pradana Purusha Ardanareswari dan pemberi anugerah.

Kewangen dibuat dari daun pisang atau janur yang berbentuk kojong. Di dalamnya diisi perlengkapan berupa daun-daunan, hiasan dari rangkaian janur yang disebut sampian kewangen, bunga, uang kepeng dan porosan yang disebut silih asih. Adapun yang dimaksud dengan porosan silih asih adalah dua potong daun sirih yang diisi kapur dan pinang, diatur sedemikian rupa sehingga bila digulung akan tampak bolak-balik, yaitu yang satu potong tampak bagian perutnya dan satu bagian lagi tampak bagian punggungnya.

Kalpika/Kartika.

Kalpika/Kartika adalah salah satu perlengkapan yang selalu dipergunakan oleh para Sulinggih dalam penyelesaian upacara, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Kartika dibuat dari sehelai daun kembang sepatu dan bunganya yang berwarna merah dan bunga jepun(kamboja) yang berwarna putih. Cara membuat kartika/kalpika; daun kembang sepatu dilipat sedemikian rupa sehingga membentuk segi empat belah ketupat,membungkus bunga jepun dan kembang sepatu.

Ditinjau dari warna kalpika melambangkan Tri Murti; warna hijau/hitam melambangka Wisnu, warna merah melambangkan Brahma dan warna putih melambangkan Siwa.

Didalam salah satu puja Surya Sewana disebutkan:

KALPIKA MIJIL SAKING BRAHMA, VIJA MIJIL SAKING WISNU, GANDA MIJIL SAKING ISWARA

Hal ini sesuai dengan bentuk Kalpika yaitu segi empat yang disebut Brahma Bhaga, pada bentuk linga(segi delapan)disebut Wisnu Bhaga, dan palus disebut Siwa Bhaga.

Bagi para sulinggih kalpika/kartika memegang peranan penting sebab dipakai sebagai pengganti tunjung(bunga teratai)untuk menurunkan(nuntun)paratma(atma).

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.